Mukjizat Besar Bernama Rosy

Sejak hari itu, bapaknya, yang kelahiran Fujian, memanggilnya dengan nama Tahir. Mula-mula, karena belum terbiasa, nama Tahir diucapkan bapaknya dengan susah payah. Tapi, lama-lama terbiasa: Tahir!

Meski tidak pernah percaya pada ramalan, Tahir merasa bahwa keberuntungan dalam hidupnya begitu banyak. Yakni, ketika bertemu orang yang tidak disangka-sangka menolongnya. Seorang pejabat bea cukai di Singapura tanpa dimintanya tiba-tiba menawarinya modal.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri yang tanpa dia minta memberinya kuota ekspor garmen ke Amerika. Wakil menteri keuangan yang tidak dia sangka memperlancar izinnya untuk mendirikan bank. Dan tentu Dr Mochtar Riady yang kok bisa-bisanya mengambilnya jadi menantu.

Menarik juga bagian buku yang menceritakan saat Tahir berhasil mendirikan bank. Saat itu mertuanya gagal mendapat izin serupa. Diceritakan bagaimana dia harus bersikap untuk menghadapi keinginan mertuanya. Sebuah pelajaran memadukan sikap hormat dan teguh yang piawai.

Tapi, tulis Tahir, semua itu tidak ada artinya. Keberuntungannya menumpuk harta, memperbanyak aset, dan memperbesar kekayaan itu kalah oleh keberuntungannya yang satu ini: mengawini Rosy. ”Keberuntungan saya yang paling besar adalah bukan aset, bukan momen bisnis. Keberuntungan saya paling besar adalah Rosy.”

”Dia mukjizat paling besar dalam hidup saya.”

Sayangnya, Rosy tidak tampak hadir saat buku ini diluncurkan dalam sebuah pesta besar di Hotel Shangri-La Jakarta pekan lalu. Tidak juga mertua dan ipar-iparnya. (*/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan