”Makanya, sekarang banyak yang bingung. Para TKI yang kebanyakan ibu-ibu di sini mayoritas adalah tulang punggung ekonomi keluarganya di Indonesia,” katanya.
Bayangan orang tua dan anak-anak di kampung halaman yang menanti kiriman uang sering memicu rasa sesak di dada para TKI. Apalagi, Juni dan Juli lalu kiriman uang benar-benar dibutuhkan karena bertepatan dengan Lebaran maupun tahun ajaran baru sekolah.
Recovery atau pemulihan ekonomi Yunani yang berjalan lambat membuat pembatasan lalu lintas uang itu tak jelas kapan berakhir. ’’Banyak teman yang curhat, ngenes (sedih, Red) rasanya,’’ ucapnya.
Bukan hanya itu, sejak ekonomi Yunani memburuk, banyak imigran yang mendapat perlakuan kurang ramah dari penduduk asli Yunani. Terutama orang-orang tua yang uang pensiun dan tunjangan sosialnya dipotong atau tidak dibayar lagi oleh pemerintah Yunani.
”Biasanya nenek-nenek yang suka marah, mereka bilang kenapa para imigran tidak pulang saja ke negara kalian. Saya pernah dimarahi juga,” kisah Sutarno, lalu tersenyum.
Memang, tak selamanya kisah para TKI di Yunani dibalut kesedihan. Sutarno mengatakan, masih banyak TKI yang hingga saat ini mendapat gaji penuh dari bosnya, termasuk jatah libur dua minggu dan tiket pergi pulang dari Yunani ke Indonesia.
Selain itu, para TKI memiliki posisi tawar tinggi karena jasanya yang sangat dibutuhkan. Meski kemampuan berbahasa Yunani para TKI kalah oleh para pramuwisma asal Filipina yang memang benar-benar dilatih pemerintahnya, ketekunan dan etos kerja para TKI tak tertandingi.
Karena itu, Sutarno mengakui, sebagai ketua IKKIY, dirinya hampir setiap hari dihubungi para agen maupun orang Yunani yang ingin mencari pramuwisma asal Indonesia. Informasi itu selalu dibagikannya melalui jejaring sosial Facebook sehingga jika ada TKI yang merasa tidak kerasan karena gajinya dipotong bisa pindah mencari bos baru. ”Tapi, jarang ada yang pindah karena hubungan dengan bos sudah telanjur baik,” ujarnya.
Meski hidup di negeri yang tengah diimpit krisis ekonomi, banyak yang mengatakan bahwa mengais rezeki di Yunani masih lebih baik daripada kembali ke kampung halaman. ”Kalau pulang, paling jadi buruh tani. Jadi, lebih baik di sini dulu, siapa tahu kondisinya bisa segera membaik,” kata Narti, TKI asal Tulungagung yang sudah delapan tahun merantau di Yunani.