Firman mengaku, dagangannya hari itu cukup laris diserbu pembeli. Pasalnya banyak pedagang yang menggunakan bahan dasar daging ayam yang ingin menyetok, sebelum terjadi mogok jualan. ’’Dari subuh pembeli malah banyak sekali. Kebanyakan yang beli pemilik warung nasi, pedagang ayam krispi dan tukang bakso ayam,’’ jelas dia.
Meskipun dia melalaikan instruksi Pesat, namun dia dan beberapa pedagang lain di Pasar Soreang turut mendukung aksi mogok jualan tersebut. Sebab, saat ini harga daging ayam memang sangat mahal. Selain itu, mereka juga kesulitan mendapatkan barang. ’’Sebentar lagi saya sudah mau beres-beres kok. Iya memang sedikit lalai akan intruksi mogok tersebut. Tapi saya sangat mendukung aksi mogok tersebut,’’ ucap dia.
Dia berharap setelah aksi mogok, harga daging ayam akan kembali stabil. Sebab, karena dengan mahalnya harga mereka menjadi rugi, karena pembeli semakin sedikit. Jikapun masih ada pembeli, pasti mereka mengurangi jumlah belanjanya. ’’Saya sih berharap semoga harga cepat stabil lagi, ya. Soalnya pedagang juga nggak bakalan kuat kalau terus-terusan menjual di harga Rp 40.000. Ini rasanya harga tertinggi yang pernah ada,’’ beber dia.
Sementara itu, sejumlah pedagang ayam di Pasar Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mulai melakukan mogok mulai pukul 12.00 WIB. Menurut salah seorang pedagang, Nani, 45, berdasarkan surat edaran yang didapat, pedagang hanya diperbolehkan berdagang sampai pukul 12.00 WIB. Kembali berjualan pada Minggu (23/8) pukul 12.00 WIB. Sebagaian besar para pedagang memilih tidak berjualan dikarenakan, tidak mendapatkan pasokan daging ayam dari bandar.
’’Mau berjualan bagaimana, pasokan ayam sudah kosong. Adapun yang masih bertahan, mencari sendiri ke peternak ayam yang tidak memasok ayamnya,’’ ucapnya kepada Bandung Ekspres Kamis (20/8).
Bahkan, pedagang yang berjualan masih bertahan dengan harga Rp 38–Rp 40 ribu per kilogram. Berdasarkan pantauan di Pasar Gedong Lima dan Pasar Tagog Padalarang, para pedagang masih terlihat berjualan hingga pukul 12.00 WIB. Di kedua pasar tersebut masih mendapatkan pasokan dari bandar.
Dadan, 30, salah satu pedagang di Pasar Tagog menuturkan, akibat kenaikan harga ayam, setiap harinya penjualan menurun hingga 40 persen. ’’Seharinya bisa sisa sampai 2 kuintal. Kalau sebelum kenaikan bisa menjual hingga 7 kuintal per hari,’’ ucap dia.