Dari Gagal Panen Hingga Rugi Puluhan Juta

MAJALENGKA – Sejumlah petani di Kecamatan Lemahsugih dan Argapura mengaku menelan kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat hancurnya harga tomat sejak beberapa bulan ini. Kondisi itu juga diperparah dengan kekeringan yang membuat para petani gagal panen dan membiarkan tomatnya membusuk di pohon.

Dengan kondisi seperti itu, para petani berharap ada interpensi dari pemerintah kepada petani holtikultura, mereka menganggap selama ini pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap petani holtikultura bila dibandingkan dengan perhatian terhadap petani padi.

Ojo (53) dan Asep (30) petani tomat di Blok Cakrawati, Desa Lemahputih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka mereka membiarkan tanaman tomatnya tidak dipanen karena harga yang murah mencapai Rp 300 per kg, bila dipaksakan dipanen maka akan rugi, karena upah panen tidak akan sebanding dengan harga jual tomat.

”Upah kerja setengah hari mencapai Rp 30.000 untuk perempuan, itu belum ditambah dengan kopi dan makanan ringan yang mencapai Rp 5.000 , makanya kalau sekarang tomat dipaksakan dipanen akan rugi,” ungkap Ojo.

Akibat anjloknya harga Ojo mengaku menderita kerugian hingga mencapai Rp 24.000.000. Untuk modal menanam tomat dia menjual satu ekor sapi peliharaannya karena awalnya berharap dia akan meraup keuntungan dari tani sehubungan bulan puasa biasanya semua harga melonjak naik. Namun harga tomat ternyata merosot tajam.

”Kalau tanaman tomat tidak tumpangsari dengan cabe keriting kerugian akan semakin besar, untunya saya berusaha tumpangsari dengan cabe yang harganya lumayan mahal,” kata Ojo.

Hal yang sama juga disampaikan juga dialami Asep, berton-ton tomatnya tidak dipanen dan dibiarkan membusuk di pohon, tanamannya dibiarkan mengering tidak mendapat pasokan air. Dia mempersilahkan siapapun untuk memanen tomatnya dikebun tanpa harus membeli.

Pada bulan puasa tepatnya menelang lebaran, Asep sempat memanen hingga 2,5 tonan lebih karena harga tomat saat itu sempat mencapai Rp 700 dari tingkat petani, setelah itu harga kembali anjlok.

”Sekarang ada sekitar 2 ton bila dipanen, tapi tentu akan habis oleh ongkos angkut dan upah penan,” kata Asep yang rugi hingga sekitar 50.000.000 dari tanaman tomatnya.

Siti petani di Desa Sanghiang, Kecamatan Argapura juga demikian hanya dia tertolong dari harga jual bawang daun, karena tanaman tomatnya ditumpangsari dengan bawang daun. Kebetulan harga bawang daun sempat mencapai harga Rp 8.000 per kg.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan