Margareith Dijemput Paksa

Dijelaskan, di sana polisi menemukan ada 4 orang. Ada adik kandung Margareith, Yvone (anak pertama), Christina (anak kedua), dan Margareith sendiri. Selanjutnya anggota yang masuk ke dalam vila sebanyak 4 orang, itu langsung langsung mengamankan tersangka. Dan berdasarkan surat perintah Polda Bali, tim juga sempat melakukan penggeledahan.

’’Dia sempat ngotot dan tidak mau ikut. Beralasan tunggu pengacaranya. Ngototnya nggak jelas. Kita tahu kalau pengacaranya sudah mengundurkan diri, namun dia masih berdalih seperti itu,’’ kta sumber tepercaya yang enggan namanya dikorankan ini.

Setelah melakukan penggeledahan dan tidak ditemukan bukti mencurigakan, Margareith langsung digiring ke Polda Bali. Sampai di Polda sekitar pukul 04.00, Margareith langsung diperiksa di ruangan Kanit Dua Subdit IV, Kompol Ni Putu Nariashy. ’’Di sana Margaraieth diambil sampel darahnya. Guna kepentingan penyidikan,’’ imbuh sumber tadi.

Pantauan wartawan Bali Express (Group Bandung Ekspres) di bagian PPA Polda Bali, terdapat beberapa anggota satuan Reserse Kriminal Polresta Denpasar, dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim I Nengah Sadiartha. Namun, beberrapa saat berdiri di kawasan tersebut, wartawan Bali Express diusir oleh, Kasubdit IV, Polda Bali, AKBP Sapa Sapa Rini. Polwan ini mengatakan bahwa, di tempat tersebut merupakan steril dari wartawan sehingga tidak boleh ada satu wartawan pun datangi kawasan tersebut. ’’Dilarang untuk wartawan datang ke sini,’’ ujarnya.

Namun, menurut sumber koran ini menyebutkan bahwa pemeriksaan Margareith sebagai tersangka sepertinya dibatalkan kemarin. Sebab, pengacaranya tak datang hingga sore hari. ’’Sesuai perjanjian pukul 13.00, namun sudah menjelang sore tidak kunjung tiba. Pengacara yang ditunjuk adalah Pak Simon Nahak. Informasi yang didapatkan, Pak Simon pun masih mempertimbangkan. Tidak tahu kenapa. Kemungkinan pemeriksaan dibatalkan,’’ tambah sumber tadi.

Aksi Cap Lima Jari untuk ANG

Solidaritas untuk Angeline terus mengalir. Terbaru, aksi solidaritas mengecam segala bentuk kekerasan terhadap anak itu datang dari puluhan mahasisa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (Himakemas FK Unud). Mereka menggelar aksi cap lima jari untuk duka ANG.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan