Pelajar Penyumbang Kemacetan

CIMAHI – Pelajar dinilai jadi biang kemacetan di jalan. Tidak hanya itu, mereka juga kerap menjadi korban kecelakaan karena kerap tidak konsen memerhatikan jalan.

Hal ini terungkap ketika Dinas Perhubungan Kota Cimahi menggelar Workshop Keselamatan Berlalulintas di Gedung Vidya Candra Jalan Sangkuriang Kota Cimahi kemarin (4/6).

Dalam kegiatan itu, hadir 50 guru tingkat SD dan SMP di Kota Cimahi. Sementara, narasumber menghadirkan Kementrian Perhubungan (Kemenhub) RI, Polres Cimahi, dan akademisi ITB.

Kasubdit Keselamatan Dirtjen Angkutan Darat Kemenhub RI Karlo Manik mengatakan, fokus sosialisasi keselamatan lalu lintas yaitu mencegah kecelakaan untuk menekan korban jiwa.

Menurutnya, kecelakaan terjadi karena tidak fokus dalam berkendara, dan korbannya kebanyakan dari pelajar. ”Sudah banyak yang jadi korban kecelakaan karena ketidakdisiplinan dalam aturan dan pemberian sarana kendaraan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya,” katanya.

Karlo mengakui, pembangunan jalan tidak seimbang dengan kendaraan yang hampir setiap tahunnya terus bertambah. “Sebab, negara di dunia ini tidak terus membuat jalan. Dan itu tidak seimbang dengan populasi kendaraan,” ujarnya.

Dia menambahkan, salah satu solusi menekan angka kecelakaan di antaranya mengurangi populasi kendaraan pribadi. Sebab dengan diberi kendaraan, pelajar berkontribusi pada kemacetan. ”Lebih baik mereka menggunakan alat transportasi umum,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Cimahi Sudiarto menambahkan, dengan adanya kegiatan ini diharapkan guru dapat menularkan aturan berlalulintas kepada pelajar. Sebab, masih banyak pelajar yang belum paham aturan lalu lintas. ”Informasi dari kegiatan ini harus ditularkan di sekolah kepada pelajar agar mereka taat aturan dan tertib berlalu lintas,” tandas Sudiarto.

Hal serupa diungkapkan juga diamini kepala Bidang Angkutan Dishub Kota Cimahi Kosasih. Dia mengatakan, kecelakaan lalulintas menjadi penyebab kematian pertama di Indonesia setelah jantung. Kasus paling banyak dialami pengendara usia remaja yang mayoritas pelajar. ”Kenapa? Mereka kurang paham dengan aturan berkendara di jalan. Jadi, seolah-olah, mereka itu merasa bebas setelah diberi kendaraan sama orang tuanya,” terangnya.

Saat ini, kata banyak orangtua yang memfasilitasi kendaraan pribadi untuk anak ke sekolah. Dengan harapan, si anak bisa lebih rajin untuk datang dan belajar di sekolah. Namun, kenyataan tidak seperti yang diharapkan. Sebab, tidak sedikit pelajar yang malah berbuat arogan dengan kendaraan yang mereka miliki. Hal lain, kata dia, mayoritas pelajar belum memenuhi syarat mendapatkan surat izin mengemudi (SIM).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan