Program Demarea Belum Tuntas

 Mamat mengatakan, lokasi penanaman ubi kayu tersebut belum mencapai 50 hektar, paling baru dilakukan untuk 27 hektar saja, yang lokasinya berada di lereng bukit, di tanah milik Alvin dan Jefri. Jarak lahan penanaman ubi kayu ke lokasi penggarap sekitar 1 kilometer. Sehingga, apabila panen cukup merepotkan karena harus diangkut secara manual. ”Saat panen, dari 100 kilogram ubi kayu, setelah diolah menjadi aci, paling bagus 25 kilogram saja,” kata pria yang juga Ketua RT 04/10 Kelurahan Leuwigajah ini.

 Sementara itu, data di Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdaganggan dan Pertanian kota Cimahi menyebutkan, penanaman pohon ubi kayu seluas 50 hektar tersebut dilakukan dalam tiga tahap. Yaitu, pada bulan Oktober 2013 seluas 15 hektar dan sisanya seluas 35 hektar, penanamannya dilakukan pada bulan Nopember dan Desember 2013. Program pengembangan demografi area ubi kayu ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi, sosial, pendidikan dan pariwisata Kampung Cireundeu sebagai Kampung Wisata Ketahanan Pangan di Kota Cimahi.

 Sebagaimana diketahui, warga Kampung Cireundeu telah bertahun-tahun, turun temurun memanfaatkan ubi kayu atau singkong sebagai makanan pokok sehari-hari. Singkong tersebut diolah menjadi beras singkong atau rasi. Selain dijadikan makanan pokok berupa rasi, singkong juga banyak diolah oleh warga Kota Cimahi menjadi berbagai olahan makanan, seperti awug, peuyeum dan keripik singkong dengan berbagai rasa. (mgc1/asp)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan