Olga Meninggal di Usia 32

 JAKARTA – Komedian dan presenter Olga Syahputra menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, kemarin (27/3). Olga meninggal dalam usia 32 tahun.

Kabar duka tersebut pertama kali disampaikan oleh Vera, manajer Olga, melalui media sosial Twitter. ’’Innalillahi wa inalillahi rojiun telah berpulang kesayangan mak, Olga Syahputra jam 5.17 sore di hari Jumat. Minta doa buat kesayangan mak,’’ demikian penjelasan Vera dalam akun Twitter-nya, @MakVeraZanobia.

Usai kabar ini merebak, netizen mulai menyerukan tagar #RIPOlgaSyahputra di Twitter. Selain itu, rumah orangtua Olga di Jalan Kresna Raya No. 4, Klender, Jakarta Timur mendadak ramai. Ratusan warga mulai berkumpul di sekitar rumah. Menurut Taufik Hidayat Ketua RT 11, jenazah akan sampai ke rumah pada siang ini (28/3).

Namun, hingga meninggal dunia, penyakit Olga memang masih simpang siur. Sebelumnya, pihak keluarga sempat menyatakan jika sang komedian terkena kanker kelenjar getah bening dan meningitis. Lalu seperti apa penyakit itu?

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Profesor Tjandra Yoga Aditama memberikan sedikit gambaran. Untuk penyakit meningitis atau biasa disebut radang selaput otak, biasanya disebabkan oleh kuman atau virus yang menyerang membran selaput otak.

Gejala yang ditimbulkan beragam. Mulai dari sakit kepala dan leher kaku dengan disertai demam, vertigo hingga kejang. ’’Intinya sih gangguan saraf. Itu juga tergantung dari stadium penyakit. Karena bisa sampai meninggal juga,’’ ungkapnya saat dihubungi kemarin.

Sementara, untuk kanker kelenjar getah bening biasanya dimulai dengan adanya pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala umumnya, adanya pembengkakan pada kelenjar getah bening yang ada dalam tubuh. Lokasi kelenjar ini sendiri tersebar di seluruh tubuh manusia, di sekitar pembuluh darah.

’’Kalau orang biasanya menyebutnya ada benjolan. Tapi itu sebetulnya tidak terlihat. Karena benjolan ada di dalam tubuh,’’ tutur pria yang juga aktif sebagai staf pengajar Fakultas Kedokteran Departemen Paru dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia itu.

Sama dengan meningitis, Prof Tjandra juga mengatakan bahwa penyakit kanker kelenjar getah bening ini juga dapat menimbulkan kematian pada tingkat paling berat. Namun, ada juga kasus yang dapat disembuhkan. ’’Ini kan banyak jenisnya. Paling banyak adalah Limfoma malignum. Ada yang mematikan, ada yang sembuh. Contohnya yang sembuh adalah PM Singapura yang sekarang,’’ jelasnya. (mia/tam)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan