Miliki 18 Kecamatan Endemik
SOREANG – Meskipun sudah banyak masyarakat yang terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tidak menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait kejadian tersebut.
Itu terjadi karena memang peningkatannya dianggap tidak signifikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Achmad Kustijadi. ’’Hingga saat ini, pihak kami belum menetapkan status KLB. Sebab, status KLB baru diterapkan jika ada peningkatan yang signifikan. Apalagi sebagian sudah sembuh,’’ ungkapnya kepada wartawan disela kegiatan musyawarah kerja PMI di komplek Pemkab Bandung beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, dari pendataan yang dilakukan Dinkes di semua rumah sakit di Kabupaten Bandung, jumlah penderita DBD pada Januari 2015 tercatat ada 98 orang dan 1 orang meninggal. Sementara untuk Februari, kata dia, sejauh ini ada 22 penderita yang tersebar di berbagai rumah sakit di Kabupaten Bandung.
Dia menuturkan, sebenarnya jumlah kasus DBD cenderung menurun selama beberapa tahun terakhir. Pada 2014 lalu, tercatat ada 955 kasus yang 3 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan tahun sebelumnya di atas 1.240 kasus. Bukan hanya itu, angka Case Fatality Rate (CFR) juga menurun, dimana pada 2013 CFR 0,37 persen dan 0,31 persen pada 2014. ’’CFR adalah perbandingan antara korban meninggal dengan total kasus DBD,’’ jelasnya.
Achmad juga menjelaskan, di Kabupaten Bandung ada 18 kecamatan yang termasuk kepada daerah endemik DBD. Sebagian besar berada di wilayah perkotaan, seperti Ciparay, Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Margahayu, Katapang, Pameungpeuk, dan Margaasih. Selain daerah endemik, wilayah Kabupaten Bandung juga memiliki daerah sporadis DBD di 136 desa. Sejumlah desa itu berada di daerah perkotaan dengan penduduk yang tidak terlalu padat.
Sementara daerah yang bebas DBD hanya ada di 50 dari 276 desa/kelurahan di Kabupaten Bandung. Lokasinya, berada di daerah dataran tinggi atau pegunungan. ’’Daerah sporadis, yaitu daerah ada kasus DBD dalam tiga tahun, tetapi tidak berturut-turut. Sementara yang bebas DBD, tidak ada kasus dalam tiga tahun terakhir,’’ terangnya.
Saat ini, pihaknya tetap mengimbau agar warga waspada terhadap penyakit yang disebabkan faktor nyamuk aedes aegypti ini. Sebab, penyakit tersebut tidak hanya terjadi pada musim hujan, dan juga bisa menyerang masyarakat berbagai usia. ’’Untuk mengatasi penyebaran DBD di berbagai daerah, kami melakukan berbagai upaya seperti dengan melakukan pengasapan dan pemberian bubuk abate. Kami juga terus melakukan berbagai penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya DBD,’’ imbuhnya. (mg15/far)