9 Tahun Disiksa Sampai Disetrika

Cerita Kejamnya Ibu Tiri

SIMALUNGUN – Cerita kejamnya ibu tiri ternyata tak sekadar dongeng. Itu berlaku bagi Maria Cristina Natalia Panjaitan, 28. Selama 9 tahun lamanya, dia disiksa dari mulai ditendang hingga disetrika oleh wanita penganti peran ibu kandungnya.

KORBAN KEKERASAN: Maria (kanan) didampingi kerabatnya, memperlihatkan luka di sekujur tubuhnya, akibat penyiksaan yang dilakukan ibu tirinya. Ia mengaku, penyiksaan terhadap dirinya sudah terjadi sejak sembilan tahun lalu.
KORBAN KEKERASAN: Maria (kanan) didampingi kerabatnya, memperlihatkan luka di sekujur tubuhnya, akibat penyiksaan yang dilakukan ibu tirinya. Ia mengaku, penyiksaan terhadap dirinya sudah terjadi sejak sembilan tahun lalu.

Itu terungkap saat METRO SIANTAR (Grup Bandung Ekspres) menyambangi rumah sepupunya, Diana Sagala di Jalan Besar Sidamanik, Kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara kemarin.

Di rumah yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari Pekan Sidamanik (pasar minggu) itu, Maria duduk di bangku teras sambil tertunduk lesu. Dia mengenakan baju lengan panjang putih yang bersenyawa dengan topi, seolah berusaha menutupi luka di sekujur tubuhnya.

Ditanya tentang penyiksaan yang dialaminya, Maria langsung menangis tanpa memperdulikan keberadaan wartawan. “Sesak kurasa, pedih luka ini,” ungkap Maria sambil mengusap air matanya.

Sadar Maria tidak mampu mengisahkan penderitaannya, Diana langsung berinisiatif mengungkap penyiksaan sepupunya tersebut. Dikatakannya, Maria tinggal di rumahnya sejak Minggu (1/2) lalu.

’’Dia (Maria) diantarkan ayahnya dengan kondisi sekujur tubuh terluka dan memar,” jelas Diana, diikuti aksi Maria yang menunjukkan luka di kepala serta kakinya.

Tak hanya itu, sambil merintih kesakitan, gadis berkulit sawo matang ini juga menunjukkan luka di punggungnya. Betadine serta balutan perban pun tampak menempel di punggungnya.

Usai menunjukkan sejumlah luka di sekujur tubuh, Maria mengaku penderitaannya bermula dari meninggalnya sang ibu, Lamria Br Nainggolan ketika melahirkan anak ketiga.

’’Ibu meninggal tahun 1991. Ibu meninggal setelah melahirkan adik bungsuku. Waktu itu aku masih berumur empat tahun,” ungkapnya lirih sambil meteskan air mata mengenang kepergian ibunya.

Beberapa bulan setelah ibunya meninggal, kata Maria, ayahnya yang merupakan Guru PNS di STM 3 Sibolga menikah dengan Setiana Br Siahaan. Mereka pun hidup serumah di Sibolga, dan penganiayaan pun dimulai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan