Banyak Perusahaan Tekstil Gulung Tikar

BANDUNG – Gaji karyawan dibeberapa Perusahaan Tekstil di Jawa Barat dinilai masih menjadi persoalan. Sebab, tingginya ketimpangan upah di tiap daerah dan percepatan peningkatan angka upah dinilai menjadi penyebab sejumlah perusahaan pindah ke tempat lain.

“Kenaikan upah minumum Kota/Kabupaten mengalami kenaikkan sangat tajam sepanjang 2015 hingga 2018, hal itu berkontribusi terhadap penurunan kinerja eksportir manufaktur di Jawa Barat.” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja provinsi Jawa Barat Mochammad Ade Afriandi, saat menghadiri pertemuan serikat buruh Internasional, kemarin (29/7).

Menurut Ade, dampak turunnya kinerja eksportir manufaktur di Jawa Barat tersebut, berpotensi pada PHK 170 ribu pekerja di sektor garmen dan produk tekstil.

“Berdasarkan data Apindo dan Disnakertrans Jabar, setidaknya sepanjang 3 tahun ke belakang, terdapat 21 pabrik relokasi keluar Jawa Barat, sementara 143 pabrik lainnya tutup,” katanya.

Pabrik-pabrik tersebut tergolong sebagai perusahaan besar di mana, 48 persen diantaranya adalah pabrik garmen, 21 persen pabrik produk tekstil, dan 31 persen sisanya adalah pabrik manufaktur.

“Pabrik garmen dan produk tekstil adalah industri padat karya, sehingga apabila kita rata-ratakan, setiap pabrik mempekerjakan 1,500 pekerja. Maka relokasi dan penutupan pabrik ini berdampak terhadap pemutusan hubungan kerja setidaknya terhadap 170 ribu pekerja,” paparnya.

Sebagai bukti lanjut Ade, pada tahun 2015 hingga 2018, relokasi dan penutupan perusahaan padat karya tertinggi terjadi di Kabupaten Karawang dan Bekasi.

Sehingga, saat ini di dua kabupaten tersebut hampir tidak terdapat pabrik garmen dan produk tekstil. Meskipun sebenarnya merupakan penyerap tenaga kerja keterampilan rendah.

“Sebagaimana kita ketahui, dengan UMK sebesar Rp 4,23 juta, Kabupaten Karawang memiliki UMK tertinggi bukan hanya di Jawa Barat tetapi juga di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berpandangan bahwa tingginya ketimpangan upah di tiap daerah membuat banyak perusahaan di Jawa Barat gulung tikar yang salah satunya disebabkan isu pengupahan yang terus berkelanjutan.

“Harus diakui ada seratusan lebih pabrik yang tutup di Jabar kemudian ada yang pindah juga, totalnya 140 (pabrik). Yang pindah terbagi dua ada yang ke provinsi lain ada yang ke luar negeri. Hampir semua alasan penutupan itu berkaitan dengan upah yang tinggi,” ujar Emil.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan