JABAR EKSPRES – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Sekolah Farmasi menjalin kolaborasi dengan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman untuk meningkatkan kapasitas kader kesehatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Daerah tersebut merupakan wilayah penyangga utama pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Kerjasama ini diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat bertajuk “Peningkatan Keahlian Kader Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara melalui Edukasi Keamanan Pangan dan Penggunaan Obat Tradisional untuk Menunjang Ibu Kota Negara,” yang digelar di Balai Desa Argomulyo, Kecamatan Sepaku, Sabtu (4/10/2025).
Baca Juga:M. Zidane- Asep Lukman Bakal Berebut Gelar Juara Trial Game Dirt 2025 di Sirkuit Lapangan tritan Poin BandungFK Unjani Edukasi Penggunaan Personal Listerning Devices dan Skrining Pendengaran pada Komunitas Pelari
Sebanyak 50 kader kesehatan dari berbagai desa di sekitar Sepaku mengikuti pelatihan tersebut. Sebelum kegiatan dimulai, tim pengabdian ITB lebih dulu menyebarkan kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terkait keamanan pangan dan pemanfaatan herbal.
Kepala Desa Argomulyo, Sukesi, membuka kegiatan yang kemudian dilanjutkan sambutan dari Kepala UPTD Puskesmas Sepaku Tiga, Setyaji, S.KM., M.Kes. Ia menyebut kegiatan ini sejalan dengan kebutuhan edukasi masyarakat di tengah pembangunan IKN dan pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Program pengabdian masyarakat ini menjadi momentum yang tepat, terlebih berkaitan dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Makan Bergizi Gratis (MBG). Tentu dibutuhkan edukasi terkait keamanan pangan. Alhamdulillah, pihak akademisi berkenan hadir langsung ke Sepaku,” ucap Setyaji.
Kegiatan pelatihan diisi dengan penyampaian materi, lokakarya pemanfaatan obat tradisional yang aman dan efektif, serta diskusi mengenai keamanan pangan rumah tangga. Para peserta juga menerima buku panduan “Kader Kesehatan Mitra Apoteker” sebagai pegangan dalam menjalankan tugas di lapangan.
Ketua tim pengabdian Sekolah Farmasi ITB, Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, M.Si., menekankan pentingnya memperkuat ketahanan pangan keluarga yang tak hanya soal ketersediaan bahan makanan, tetapi juga keamanan dalam proses pengolahan dan konsumsi.
“Ketahanan pangan keluarga tidak hanya soal ketersediaan dan aksesibilitas, tetapi termasuk juga cara pengolahan, penyimpanan, serta konsumsi pangan yang aman dan bergizi,” ujar Sophi.
Ia mengingatkan, kontaminasi pangan akibat pestisida, logam berat, mikroorganisme patogen, maupun bahan tambahan ilegal dapat memperburuk status gizi anak. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, penurunan angka stunting nasional masih stagnan, sementara di Kecamatan Sepaku kasusnya mencapai hampir satu dari empat anak.
