JABAR EKSPRES – Media sosial Indonesia kembali heboh dengan munculnya istilah baru yang mendadak viral DFK. Banyak warganet bertanya-tanya, apa arti DFK sebenarnya, dan mengapa istilah ini bisa ramai diperbincangkan hingga jadi trending?
Fenomena ini muncul setelah perdebatan panas antara YouTuber Ferry Irwandi dan seorang aktivis bernama Gusti Aju Dewi. Perseteruan keduanya berawal dari unggahan Ferry terkait isu orang hilang pasca aksi demonstrasi pada Agustus 2025. Dalam unggahan itu, Ferry menulis kalimat “Mereka Bukan Hilang, Tapi Dihilangkan!”.
Pernyataan tersebut langsung menuai reaksi keras dari Gusti Aju Dewi yang menuding Ferry menyebarkan DFK. Sejak saat itu, istilah ini pun ramai diperbincangkan di berbagai platform, terlebih setelah keduanya dipertemukan dalam podcast Denny Sumargo yang ditonton jutaan kali hanya dalam sehari.
Baca Juga:30 Link Twibbon Hari Tani Nasional 2025 Gratis, Siap PakaiCara Menghasilkan Saldo Dana Rp83 Ribu dari Internet Hari ini Langsung Masuk ke Dompet Digital
Konflik makin memanas ketika Gusti menunjukkan bukti berupa screenshot unggahan Ferry yang dianggap manipulatif. Namun, Ferry membantah tuduhan itu dan menyebut ada detail teknis yang hilang dari bukti yang dibagikan Gusti. Perdebatan bukti inilah yang semakin memicu rasa penasaran publik.
Puncaknya terjadi saat keduanya dipertemukan dalam podcast Denny Sumargo. Tayangan debat terbuka itu justru membuat istilah DFK semakin populer dan memancing diskusi luas di kalangan warganet.
Lantas, sebenarnya apa arti DFK?
DFK adalah singkatan dari Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian. Istilah ini digunakan untuk menyebut konten-konten di internet yang berpotensi merugikan masyarakat karena menyebarkan kebohongan, menyerang individu, atau memicu konflik sosial.
- Disinformasi: Penyebaran informasi keliru, baik disengaja maupun tidak, dengan tujuan memengaruhi opini publik.
- Fitnah: Tuduhan palsu atau pernyataan yang tidak sesuai fakta yang dapat merusak reputasi seseorang.
- Kebencian: Narasi yang menyerang identitas tertentu, misalnya agama, etnis, atau gender, sehingga bisa menimbulkan permusuhan.
Menurut buku Psikologi Gelap Internet karya Bagas Bantara (2023), disinformasi merupakan bentuk manipulasi informasi paling sulit dibendung karena sangat cepat menyebar melalui media sosial.
Banyak orang menyamakan DFK dengan hoaks. Padahal, keduanya tidak persis sama.
- Hoaks adalah berita bohong yang diciptakan untuk menyesatkan.
- DFK lebih luas, karena mencakup disinformasi, fitnah, maupun kebencian yang sering menjadi “roh” di balik hoaks.
