JABAR EKSPRES – Para pekerja pariwisata yang tergabung ke dalam Serikat Pekerja Pariwisata Provinsi Jawa Barat (SP3JB), berencana akan kembali menggelar aksinya di depan Gedung Sate, Kota Bandung.
Aksi penolakan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat terkait adanya larangan kegiatan study tour tersebut, sengaja kembali dilakukan setelah sebelumnya tidak menemui titik terang.
Koordinator Serikat Pekerja Pariwisata Jawa Barat Herdis Subarja mengatakan, aksi tersebut akan kembali digelar dalam waktu dekat setelah dinyatakan batal dilaksanakan pada hari ini.
Baca Juga:Demo Bus Pariwisata Ditunda, Dedi Mulyadi Tetap Tak Mau Cabut Larangan Study TourCimahi Ganti Study Tour dengan Walking Tour, Ini 5 Lokasi yang Dikunjungi Siswa
“(Tepatnya) bukan pembatalan, tapi penundaan karena surat (aksi) yang kita pengen itu (isinya) penundaan,” ucapnya saat dikonfirmasi, Senin (25/8)
Herdis menjelaskan, digelarnya kembali aksi penolakan kebijakan tersebut, penting dilakukan oleh pihaknya. Sebab kata dia, hal tersebut dilakukan menyangkut nasib para pekerja pariwisata yang kini tengah berada diujung tanduk usai adanya kebijakan larangan study tour yang dikeluarkan oleh Gubernur Jabar
“Kita akan konsolidasi dulu dengan para pihak mulai dari pengusaha hingga pekerja itu (pariwisata sendiri). Kita akan meminta gubenur untuk merevisi surat edarannya terkait larangan study tour,” imbuhnya.
Sebelumnya, ribuan pekerja pariwisata di Jawa Barat (Jabar), telah menggelar aksi penolakan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat yang melarang adanya kegiatan study tour.
Aksi yang dilaksanakan pada Senin, 21 Juli 2025 lalu di depan Gedung Sate Kota Bandung tersebut, meliputi sopir, kenek bus, travel agent, hingga tour gaet, dan UMKM.
Koordinator aksi Nana Yohan pada saat itu mengatakan, aksi tersebut sengaja dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Gubernur Jabar yang dikeluarkan melalui Surat Edaran (SE) nomor 45 tahun 2025 tentang larangan study tour,
“Ini cukup memberatkan, bahkan kami sangat terdampak dengan adanya kebijakan dari Gubernur Jabar ini. Karena kami selama enam bulan (setelah adanya kebijakan tersebut), sudah tidak ada lagi orderan dan malah banyak yang cancel (membatalkan),” katanya beberapa waktu lalu.(San).
