JABAR EKSPRES – Seratus pemuda dengan rentang usia 20 hingga 35 tahun memadati Aula Pajajaran, Kota Banjar, Rabu (20/8/2025). Mereka bukan berkumpul untuk sebuah acara hiburan, melainkan untuk mengikuti pembukaan Sekolah Tani Milenial, sebuah program strategis yang digagas untuk menjawab tantangan regenerasi petani dan pengangguran di kalangan muda.
Kegiatan yang merupakan hasil kolaborasi antara DPC Pemuda Tani Indonesia (PTI) Kota Banjar, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Banjar, dan Pemerintah Kota Banjar ini bertujuan menggali dan membimbing potensi generasi milenial untuk terjun dan melek terhadap dunia pertanian dalam arti luas.
Ketua DPC PTI Kota Banjar, Desi Sahliana, menegaskan pentingnya peran pemuda dalam membangun ketahanan pangan. “Pemuda merupakan generasi penerus yang harus melek terhadap pertanian. Melalui sekolah tani ini, kami tidak hanya sekadar mengumpulkan, tetapi kami akan menggali minat dan bakat mereka, baik dalam bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perikanan, maupun peternakan,” ujar Desi.
Baca Juga:Kebijakan Pro Petani, Mentan Klaim Harga Gabah Naik dan Akses Pupuk Subsidi Meningkat Hama Wereng Serang 300 Hektare Sawah, Petani Bangunharja Terancam Gagal Panen
Ia menjelaskan, program sekolah tani ini dirancang secara berkelanjutan. Peserta tidak hanya mendapatkan pembekalan teori, tetapi juga akan diajak untuk terjun langsung ke lapangan, belajar dari para petani andal, dan memahami rantai nilai agribisnis dari hulu hingga hilir. “Target kami, setelah mengikuti pelatihan, mereka memiliki mental wirausaha dan mampu mengelola usaha pertanian yang modern, efisien, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Persoalan mendasar yang coba diatasi oleh program ini diungkapkan oleh Ketua KNPI Kota Banjar, Agus Haryanto. Ia menyitir data yang menunjukkan bahwa sekitar 65 persen pemuda di kota tersebut masih membutuhkan lapangan pekerjaan.
“Ini adalah solusi alternatif yang konkret. Para pemuda ini memiliki energi dan potensi yang luar biasa yang harus dimaksimalkan. Kenapa kita arahkan ke pertanian? Karena pada hakikatnya, kita adalah negara agraris dengan mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Namun, ironisnya, ketersediaan pangan kita justru masih banyak bergantung pada impor,” papar Agus.
Lebih lanjut, Agus menekankan bahwa kegiatan sekolah tani milenial ini diharapkan menjadi pionir dalam menopang program swasembada pangan, khususnya di tingkat Kota Banjar. “Kami ingin mencetak petani-petani muda yang melek teknologi, mampu melakukan efisiensi, dan mengembangkan pertanian presisi sehingga hasilnya bisa lebih maksimal dan kompetitif,” tegasnya.
