BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah menghabiskan miliaran rupiah dalam empat tahun terakhir untuk proyek Penerangan Jalan Umum (PJU) dan Penerangan Jalan Lingkungan (PJL) melalui program “Bandung Caang”. Namun, ambisi mewujudkan kota yang terang benderang tampaknya masih jauh dari harapan. Sejumlah warga Bandung pun mengeluhkan kondisi tersebut.
Keluhan warga atas jalan-jalan gelap, terutama di gang sempit dan kawasan vital, terus menggema, mempertanyakan efektivitas dan pengelolaan anggaran besar ini.
Berdasarkan data Open Data dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, alokasi anggaran dan pembangunan PJU-PJL fluktuatif dan inkonsisten. Pada 2022, Pemkot fokus membangun 745 titik PJU tanpa anggaran tercatat untuk PJL.
Baca Juga:#KitaBerkebaya: Menghidupkan Warisan Budaya, Menggerakkan Ekonomi Bangsa800 Rombongan Siswa Batalkan Study Tour, Kebijakan Dedi Mulyadi Bikin Ekonomi Wisata Hancur?
Tahun berikutnya, 2023, anggaran Rp63 miliar dialokasikan untuk 3.000 titik PJL dan 698 titik PJU. Namun, pada 2024, pembangunan PJL dihentikan total, sementara PJU hanya mencapai 675 titik tanpa data anggaran yang jelas.
Untuk 2025, Pemkot menargetkan 4.000 titik PJL dan 500 titik PJU dengan anggaran Rp54 miliar, serta proyek investasi ambisius senilai Rp426,8 miliar melalui Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk 21.067 titik PJU baru dan pemeliharaan 60.000 titik eksis.
Namun, di balik angka-angka megah ini, warga justru merasakan ketimpangan. Jalan Rumah Sakit, akses utama menuju fasilitas kesehatan di Gedebage, menjadi salah satu titik kelam yang sering dikeluhkan.
“Malam hari di sini gelap sekali, dari RSUD sampai perempatan Gedebage cuma beberapa lampu yang nyala. Bahaya, apalagi buat yang bawa kendaraan,” keluh Andi (39), warga Babakan Penghulu, Senin (28/7).
Kondisi serupa dirasakan di Arcamanik. Fira (34), warga RW 09 Arcamanik Endah, mengungkapkan kekhawatiran akan keamanan. “Dari Sport Jabar sampai Griya Arcamanik gelap banget. Takut ada begal, apalagi pernah viral pelemparan batu di daerah sini,” ujarnya.
Keluhan serupa juga ramai di media sosial, dengan warganet menyoroti penerangan yang hanya terfokus di jalan utama atau kawasan wisata, sementara gang-gang permukiman tetap gelap gulita.
Pengamat Kebijakan Publik, Achmad Muhtar, menilai Pemkot gagal menerjemahkan kebutuhan riil warga. “Pembangunan PJU-PJL harus berbasis peta kebutuhan, bukan sekadar mengejar jumlah titik. Kalau lampu dipasang di tempat yang tidak prioritas, ini pemborosan,” tegasnya.
