Tak mengherankan jika di sejumlah gereja mulai muncul praktik ibadah yang meniru tata cara Yahudi, seperti meniup shofar, menggunakan simbol menorah, hingga menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Ibrani. Koneksi spiritual dan ideologis semacam ini bukan hanya memperkuat simpati terhadap Israel, tetapi menjadikan dukungan terhadap Israel sebagai bagian dari iman, bukan lagi sekadar opini politik.
Doktrin Lokal
Dalam berbagai diskusi komunitas, sering muncul pertanyaan seperti, “Mengapa Palestina dibela habis-habisan, padahal mereka sendiri tidak pernah membela kami?” atau “Untuk apa mendukung Palestina jika mereka justru pernah mendukung separatis Muslim di Ambon?”
Walaupun pernyataan-pernyataan tersebut tidak sepenuhnya akurat, narasi semacam ini tumbuh subur karena minimnya interaksi langsung antara komunitas Kristen di timur Indonesia dengan dunia Islam internasional. Selain itu, berita-berita mengenai Palestina sering kali hanya hadir melalui media-media Islam, yang tidak menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat Kristen.
Baca Juga:2 Resep Es Kopi Enak dan Murah Bahan Kurang Dari Rp10.000 Andalan Anak Kos10 Game Android Offline Terbaik 2025, Seru Tanpa Koneksi Internet
Sebaliknya, media Kristen internasional seperti CBN News, Daystar, dan God TV, yang rutin menayangkan konten-konten mengenai kebaikan Israel dan narasi negatif tentang dunia Islam, justru lebih banyak dikonsumsi. Dari sinilah muncul empati yang timpang. Israel dipandang sebagai “keluarga rohani”, sementara Palestina dianggap sebagai bangsa jauh yang tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Fenomena ini merupakan hasil dari ekosistem informasi yang tertutup, tidak seimbang, dan sarat dengan bias ideologis, yang pada akhirnya membentuk pandangan keagamaan dan geopolitik secara sepihak dalam benak sebagian masyarakat Kristen di Indonesia timur.
Amerika Serikat merupakan pendukung utama Israel dan sekaligus salah satu penyumbang bantuan kemanusiaan dan pembangunan terbesar bagi wilayah Indonesia timur. Melalui program-program seperti USAID, Millennium Challenge Corporation (MCC), serta berbagai yayasan keagamaan, mereka membangun sekolah, gereja, klinik, serta menyediakan pelatihan bagi pemuda dan tenaga pendidik.
Meski bantuan tersebut tidak secara eksplisit bersyarat, banyak masyarakat yang menangkap pesan tersirat: mendukung nilai-nilai Barat dan berpihak kepada Israel dianggap sebagai jalan menuju kemajuan dan perhatian internasional.
Tidak sedikit pejabat lokal, pemimpin agama, dan tokoh masyarakat yang menyuarakan hal serupa, bahkan tanpa tekanan langsung. Bantuan ini menciptakan semacam ketergantungan psikologis dan rasa terima kasih yang mudah diarahkan menjadi dukungan simbolik terhadap Israel, sebagai bagian dari “keluarga besar” dunia yang telah membantu mereka.
