12 Alasan Mengapa Orang Indonesia Timur Mendukung Israel di Tengah Penderitaan Rakyat Palestina

Alasan Orang Indonesia Timur Mendukung Israel
Alasan Orang Indonesia Timur Mendukung Israel
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Beberapa waktu yang lalu, Merince Kogoya, finalis Miss Indonesia 2025 perwakilan Papua Pegunungan, dipulangkan usai video unggahannya yang menyuarakan dukungan terhadap Israel memicu kontroversi.

Jika kita menengok peta Indonesia dari sudut pandang religius, akan tampak perbedaan yang mencolok antara wilayah barat dan timur. Sumatera, Jawa, dan sebagian besar Kalimantan didominasi oleh penduduk beragama Islam.

Sementara itu, Nusa Tenggara Timur, sebagian wilayah Maluku, dan sebagian besar Papua justru menjadi pusat populasi Kristen yang besar di Indonesia.

Baca Juga:2 Resep Es Kopi Enak dan Murah Bahan Kurang Dari Rp10.000 Andalan Anak Kos10 Game Android Offline Terbaik 2025, Seru Tanpa Koneksi Internet

Namun, yang lebih menarik bukan sekadar perbedaan agama mayoritas, melainkan munculnya fenomena dukungan terhadap Israel yang cukup kentara di wilayah timur. Simpati ini tidak muncul dari ruang hampa. Ia memiliki akar sejarah yang panjang, berkelindan dengan misi kolonial, pengaruh teologis, dan trauma masa lalu.

Alasan Masyarakat Indonesia Timur Mendukung Israel

Inilah 12 faktor penyebab munculnya gerakan dukungan untuk Israel di wilayah Indonesia timur, bukan semata soal keapatisan terhadap penderitaan rakyat Palestina.

  1. Faktor Sejarah

Sejarah masuknya agama Kristen ke wilayah timur Indonesia bukanlah kisah biasa. Pada abad ke-16, bangsa Portugis mulai mendarat di Kepulauan Maluku. Mereka tidak hanya membawa rempah-rempah ke Eropa, tetapi juga menyebarkan agama Katolik melalui misi Jesuit. Setelahnya, Belanda mengambil alih dan menyebarkan ajaran Protestan melalui organisasi seperti Zending dan Indische Kerk.

Yang jarang dibahas adalah bagaimana misi-misi ini juga membawa serta ideologi Barat yang sangat memuliakan “rakyat pilihan Tuhan”, yakni bangsa Israel. Dalam banyak buku pelajaran agama Kristen yang diajarkan di sekolah-sekolah, kisah-kisah tentang Musa, Daud, dan Yerusalem disampaikan secara harfiah, bukan simbolis. Israel digambarkan sebagai tanah perjanjian, pusat nubuat, dan bangsa pilihan Tuhan.

Tak heran bila generasi demi generasi tumbuh dengan bayangan bahwa Israel adalah tanah suci, bahkan, dalam beberapa kasus, lebih suci daripada tanah air mereka sendiri. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh para misionaris memainkan peran penting dalam membentuk identitas kolektif masyarakat Indonesia Timur, khususnya di wilayah seperti Sabu, Alor, Lembata, dan Ambon.

0 Komentar