JABAR EKSPRES – Perjalanan ibadah umroh bagi seorang Muslim bukanlah sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci. Lebih dari itu, umroh adalah perjalanan spiritual yang mengubah cara pandang terhadap hidup, diri sendiri, dan hubungan dengan Tuhan.
Terlebih jika itu adalah pengalaman pertama kali, maka setiap langkah di Makkah dan Madinah akan meninggalkan bekas yang sulit dihapus dalam memori dan hati.
Banyak orang mempersiapkan diri secara administratif dan logistik menjelang keberangkatan umroh. Namun, ada sisi lain dari perjalanan ini yang tidak kalah penting, yakni kesiapan hati.
Pengalaman pertama kali menjalani umroh membuka berbagai kesadaran baru yang sebelumnya mungkin tertutupi oleh rutinitas duniawi sehari-hari. Nah, di artikel kolaborasi dengan Rawda Biro Umroh Plus Turki ini akan menceritakan hal-hal yang berkesan bagi jamaah yang baru pertama kali umroh.
Kesederhanaan yang Mengubah
Baca Juga:Target Penerbangan Jamaah Umroh pada September-Oktober, BIJB Kertajati Gandeng Travel AgenDijamin Aman, Ini 5 Aplikasi Penghasil Uang Resmi yang Terdaftar di OJK
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Masjidil Haram dan melihat Ka’bah secara langsung, banyak jamaah yang tidak kuasa menahan air mata. Tidak sedikit yang hanya bisa berdiri terdiam, diliputi rasa haru dan ketundukan.
Momen itu bukan sekadar penampakan bangunan suci, melainkan momentum ketika seseorang menyadari betapa kecil dirinya di hadapan Allah SWT.
Ibadah thawaf menjadi pengalaman spiritual yang tidak terlupakan. Berjalan mengelilingi Ka’bah bersama ribuan orang dari berbagai penjuru dunia menciptakan kesan mendalam tentang kesetaraan dan kesungguhan dalam beribadah.
Meskipun berbeda bahasa, warna kulit, dan kebangsaan, semua bersatu dalam satu tujuan: mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sa’i dan Nilai Keteguhan Hati
Pelaksanaan sa’i, yaitu berjalan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah, menyimpan makna simbolis yang kuat. Kisah Siti Hajar yang mencari air untuk putranya, Ismail, tidak hanya menjadi bagian dari ritual ibadah, melainkan juga teladan akan keteguhan, keikhlasan, dan keyakinan kepada pertolongan Allah.
Berjalan dalam lintasan sa’i bukan hanya kegiatan fisik, tetapi juga perjalanan batin. Setiap langkah mengajarkan tentang ketekunan dan harapan, bahwa dalam kondisi tersulit sekalipun, seseorang tidak boleh berhenti berusaha.
