Nerikomi Memetika, Meresapi Ekspresi Seni Keramik Karya Sasanti

Pengunjung melihat karya pada pameran keramik bertajuk Nerikomi Memetika di Galeri Ruang Dini, Jalan Anggrek, Kota Bandung, Selasa (8/7). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
Pengunjung melihat karya pada pameran keramik bertajuk Nerikomi Memetika di Galeri Ruang Dini, Jalan Anggrek, Kota Bandung, Selasa (8/7). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Galeri Ruang Dini di Jalan Anggrek, Kota Bandung, menggelar pameran keramik bertajuk Nerikomi Memetika karya seniman Sasanti Puri Ardini. Pameran tunggal ini menampilkan rangkaian karya keramik dengan teknik dekorasi nerikomi, sebuah metode mencampurkan pilinan tanah liat berwarna untuk menciptakan pola menyerupai kain.

Sasanti, lulusan Kriya FSRD Institut Teknologi Bandung, menghadirkan bentuk-bentuk wadah seperti silinder, vas bunga, hingga piring, yang dihias dengan lempeng tanah liat berwarna. Pola-pola yang dihasilkan menonjolkan corak geometris, mosaik, hingga motif naturalistik, meniru karakter material kain dengan sifat lentur dan berkerut.

Kurator Rizki A. Zaelani menilai ekspresi seni keramik memiliki kekuatan budaya. Ekspresi seni keramik yang bahkan seringkali tetap menyisakan jejak-jejak watak material tanah liat di dalamnya seperti ingin mengingatkan kembali pemahaman seni pada bingkai pemahaman.

Baca Juga:Bandung Barat Dilanda 221 Bencana, Perlunya Mitigasi SeriusKepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Kota Banjar Diisi Pelaksana Tugas

“Bersifat budaya (cultural) ketimbang memahaminya sebagai gagasan dari kemajuan (the idea of progress),” ujarnya dalam cacatan kuratorial yang dilihat Jabar Ekspres, Selasa (⅞).

Selain karya berbentuk wadah, Sasanti juga menampilkan formasi elemen juntaian dan lipatan yang ditempel di dinding, serta memproduksi perhiasan berbahan keramik nerikomi seperti cincin, kalung, dan anting-anting yang dipadukan dengan logam.

Pameran Nerikomi Memetika menyoroti eksplorasi bentuk, warna, serta proses pembakaran keramik yang memadukan pewarna tanah liat melalui oksida dan stain khusus. Teknik nerikomi sendiri dikenal sejak periode Momoyama di Jepang dan mengalami popularitas kembali pada 1970-an.

Galeri Ruang Dini menyebut kegiatan ini bagian dari komitmen mereka untuk mendukung perkembangan seni kontemporer dengan menyediakan ruang diskursus, edukasi, dan apresiasi seni rupa.

“Dalam bingkai kultural, ‘kemajuan’ ekspresi seni dinilai justru melalui pemahaman yang terbukti dari wilayah ‘pengalaman’ pada proses dan interaksi material itu sendiri, dan tidak hanya menimbang penting berdasar hasil dan dampaknya,” pungkasnya.

0 Komentar