JABAR EKSPRES – Malam 1 Suro selalu punya tempat khusus di hati masyarakat Jawa. Bukan cuma soal pergantian tahun dalam kalender Jawa, tapi karena malam ini penuh dengan energi spiritual yang dipercaya bisa memengaruhi kehidupan manusia secara langsung.
Di tengah suasana malam yang hening dan sakral, ada satu anjuran yang masih dipegang teguh oleh banyak orang Jawa: “Jangan keluar rumah saat malam 1 Suro.”
Lho, kenapa sih sampai ada larangan begitu? Yuk, kita bahas lebih dalam biar Kamu juga paham makna di baliknya.
Baca Juga:Butuh Waktu 3 Menit untuk Reward Rp150.000 dengan Aplikasi Penghasil Uang 2025Limit Sampai Rp8 Juta! Cara Pinjam DANA 2025
Malam 1 Suro yang Bukan Sekadar Malam Biasa
Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukan hanya soal angka di kalender. Malam ini menandai awal tahun baru Jawa, yang dalam banyak kasus juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Pada tahun 2025 nanti, malam 1 Suro jatuh pada Kamis malam, 26 Juni.
Uniknya, pergantian hari dalam budaya Jawa dimulai saat matahari terbenam. Jadi, meskipun 1 Suro secara resmi jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025, peringatan dan suasana sakralnya sudah terasa sejak Kamis magrib.
Energi Spiritual Memuncak, Tirai Alam Tersingkap
Salah satu alasan kuat kenapa malam ini dianggap sakral adalah kepercayaan bahwa batas antara dunia nyata dan alam gaib jadi sangat tipis. Artinya, menurut kepercayaan Jawa, makhluk halus dan energi metafisik jadi lebih aktif dan bisa “mendekat” ke dunia manusia.
Nah, berada di luar rumah saat energi ini sedang menguat bisa membawa risiko, terutama buat yang tidak punya kesiapan spiritual. Gangguan makhluk halus, penyakit, hingga nasib sial disebut-sebut lebih mudah menimpa orang yang sembarangan keluar rumah di malam ini.
Tradisi Tapa Bisu: Merenung dan Membersihkan Diri
Bukan cuma soal larangan keluar rumah, malam 1 Suro juga identik dengan tapa bisu. Ini adalah laku spiritual di mana seseorang diam, tidak bicara, tidak makan, tidak minum, dan tidak ke luar rumah sepanjang malam.
Tujuannya bukan menyiksa diri, tapi justru untuk menyatu dengan keheningan, merenungi perjalanan hidup, dan menata kembali batin agar lebih siap menghadapi tahun baru. Diam, hening, dan fokus ke dalam diri itulah esensinya.
