JABAR EKSPRES – Content creator adalah salah satu profesi yang semakin mendominasi di era digital saat ini. Untuk menghasilkan konten yang berkualitas, proses editing tentu menjadi salah satu faktor kunci. Namun, alih-alih repot membeli komputer mahal, kini proses editing bisa dilakukan lebih praktis hanya dengan bermodalkan ponsel. CapCut hadir sebagai solusi yang membuat proses editing jadi jauh lebih mudah, template-nya tersedia di mana-mana, dan pengguna cukup menekan fitur AI ini dan itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Namun, siapa sangka aplikasi CapCut yang dulunya dicintai, kini justru mulai mendapat kritik. Kok bisa? Di sinilah letak persoalannya, CapCut mulai dianggap “pelit”.
Ketika dunia editing dipenuhi oleh “Adobe Geng” seperti Adobe Premiere, After Effects, Illustrator, hingga Photoshop, semua itu memang hebat—tetapi hanya bisa dimaksimalkan oleh pengguna PC. Bagi banyak orang di Indonesia yang sebagian besar mengandalkan ponsel untuk membuat konten, aplikasi editing di HP terkadang terlalu rumit atau justru terlalu sederhana.
Baca Juga:9 Batu Akik yang Dipercaya Pernah Digunakan oleh Wali Songo dan KhasiatnyaBitcoin Diprediksi Tembus Rp20 Miliar Sebelum 2034, Ini Peluang Investasinya
Seperti biasa, Tiongkok sebagai negara yang dikenal sangat kompetitif, melihat peluang ini. ByteDance, perusahaan yang juga memiliki TikTok—aplikasi paling populer di dunia saat ini—merilis aplikasi editing video bernama JianYing (atau Viamaker) pada tahun 2019 di Tiongkok. Aplikasi ini kemudian dirilis secara global pada tahun 2020 dengan nama CapCut.
CapCut langsung meraih popularitas. Selain karena terafiliasi langsung dengan TikTok, CapCut juga menyediakan fitur editing yang tergolong profesional dibandingkan para pesaingnya. Bahkan, editing bisa dilakukan dalam format portrait tanpa perlu memutar ponsel, sebuah kemudahan tersendiri bagi content creator mobile.
Bayangkan, untuk membuat efek outline yang bersinar, biasanya butuh proses rumit di Adobe After Effects. Tapi di CapCut? Cukup tekan satu tombol AI. Ingin membuat video lucu dengan latar green screen? Masking manual yang biasanya memakan waktu, kini bisa dilakukan secara otomatis berkat AI. Belum lagi fitur teks otomatis, auto-caption, dan fitur-fitur pintar lainnya.
Namun, seiring waktu, kebijakan CapCut mulai berubah. Beberapa fitur yang dulu gratis mulai dibatasi. Dan inilah yang memunculkan anggapan bahwa CapCut mulai “pelit”. Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa CapCut telah membuka jalan bagi siapa pun untuk berkarya secara profesional hanya dengan ponsel—sebuah revolusi dalam dunia content creation.