Pentingnya Memahami dan Mengamalkan Alquran Menurut Ulama Salaf

JABAR EKSPRES – Banyak sekali pondok-pondok Alquran yang menawarkan cara mudah untuk menjadi penghafal Alquran. Padahal memahami Alquran juga tak kalah pentingnya.

Banyak pondok yang ingin mencetak santrinya sebagai Ahlul Quran, Menurut Manhaj Salaf, Ahlul-Qur’an bukan sekadar orang yang menghafal al-Qur’an, tapi mereka yang juga memahami makna-maknanya, berdasarkan pemahaman para sahabat.

Dilansir dari laman Qalamulsalaf, Seorang Ulama Al Imam Al-Ajurri rahimahullah berkata dalam kitabnya Akhlaq Hamalat al-Qur’an :

“Bukanlah tujuan utama dari mempelajari al-Qur’an adalah hanya sekadar membaca dan menghafalnya, tetapi tujuannya adalah untuk memahami, merenungi, dan mengamalkannya.”

Baca juga :  Berupaya Berantas Buta Huruf Alquran di Indonesia, Safwan Quran Ajarkan Ngaji Gratis Secara Online

Sementara Ibnu Qayyim rahimahullah menegaskan bahwa hafalan saja tidak cukup jika tidak disertai dengan pemahaman yang benar.

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah juga pernah menjelaskan bahwa ada orang yang membaca al-Qur’an namun tidak mengamalkannya, bahkan menyelisihinya, maka secara makna bisa benar bahwa al-Qur’an itu menjadi hujjah atasnya dan menuntutnya di hari kiamat, sebagaimana dalam hadits shahih:

“والقرآن حجة لك أو عليك.”

“Al-Qur’an itu hujjah bagimu atau atasmu.”
(HR. Muslim)

Ulama seperti Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam al-Fawaid dan al-Jawab al-Kafi banyak membahas bahwa membaca al-Qur’an tanpa mengamalkannya bisa menjadi bumerang bagi pelakunya.

Ucapan serupa juga disebut dari sebagian salaf seperti Al-Hasan al-Bashri, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lainnya, sebagai bentuk nasehat dan peringatan keras.

Imam Malik rahimahullah juga mengatakan:

“العلم ما جاء عن الصحابة والتابعين، ليس بكثرة الرواية، ولكن الفقه في الدين.”

“Ilmu adalah yang datang dari sahabat dan tabi’in. Bukan banyaknya riwayat, tetapi pemahaman (yang lurus) terhadap agama.”

Baca juga :  Bukti Alquran Akan Memberi Syafaat Bagi Pembacanya

Imam Ibnu Qayyim ingin menegaskan bahwa al-Qur’an itu diturunkan bukan untuk dihias dan dibacakan semata, tetapi untuk: dihafal bagi yang mampu, dipahami dengan tafsir yang sesuai dengan pemahaman sala dan diamalkan dalam kehidupan.

Tanpa itu semua, maka seseorang tidak termasuk dalam golongan “Ahlullah wa Khashatuhu”, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ.”

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab ini dan menghinakan kaum lainnya dengannya.” (HR. Muslim)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan