KDM Tegaskan Pendidikan Militer Anak Nakal Tetap Izin Ortu dan Bukan Pola Perang

JABAR EKSPRES – Gubernur Jabar Dedi Mulyadi terus bertekad untuk menerapkan kebijakan barunya di dunia pendidikan, yakni mengangkut anak-anak nakal untuk dibina di barak militer.

Namun pria yang akrab disapa KDM itu menegaskan bahwa pendidikan militer yang dimaksud bukan pola pendidikan perang dan tetap melalui persetujuan orang tua. Ia menguraikan, kebijakan itu akan diambil atas dasar keresahan kondisi remaja atau anak-anak saat ini.

“Remaja yang mengalami kenakalan itu tetap menjadi tanggung jawab negara dan orang tua. Karena terlalu akut, mereka (remaja.red) sampai melakukan kriminal bahkan sampai pembunuhan. Makanya tidak bisa dibiarkan,” jelasnya.

BACA JUGA: Dedi Mulyadi Buka Suara Soal Debat dengan Aura Cinta

Karena alasan itulah, ia akan mengaktifkan kebijakan tersebut mulai 2 Mei nanti. “Barak militer untuk anak nakal ini bertujuan mengembalikan jati diri anak pada perilaku disiplin dan perilaku hidup yang seuai dengan masa remajanya, agar terarah dan memiliki visi yang baik,” cetusnya.

KDM menegaskan, kebijakan itu tetap perlu didasarkan persetujuan orang tua. “Karena bagaimanapun mereka masih di bawah perwalian orang tua. Artinya orang tua ada kesadaran untuk menyerahkan anaknya melewati pendidikan militer,” terangnya.

Menurutnya, pendidikan yang dimaksud juga bukan pola pendidikan perang. Tapi pola pendidikan seperti olah raga, melatih kesenian, mengembangkan minat bakat, disiplin, membangun pola makan yang baik hingga menjauhkan anak remaja dari rokok dan obat terlarang.

BACA JUGA: Sosok Aura Cinta, Mantan Artis TV yang Viral karena Kritik Kebijakan Dedi Mulyadi

KDM juga menyampaikan, dalam pendidikan militer itu juga disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Anak-anak tetap mendapatkan haknya sebagai pelajar. “Mereka tetap terdaftar menjadi siswa baik SMP maupun SMA. Mereka tetap mengikuti proses belajar di barak militer,” tuturnya.

KDM bertekad untuk menjalankan kebijakan itu agar tidak kehilangan generasi muda saat ini. Ia berharap kebijakan itu bisa menyelamatkan generasi muda dari berbagai ancaman. Mulai dari pergaulan bebas hingga bahaya penggunaan hanphone. Termasuk ancaman kekurangan gizi.(son)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan