JABAR EKSPRES – Program ‘Nyaah ka Indung’ yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mulai menunjukkan geliatnya di Kota Banjar.
Diadaptasi menjadi ‘Nyaah ka Indung Bapa’, inisiatif ini tak hanya menjadi slogan, melainkan aksi nyata yang dijalankan Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Banjar, Dede Tito Ismanto.
Bersama seorang lansia yang dijadikan ibu asuhnya, Tito membuktikan bahwa kepedulian sosial bisa diwujudkan lewat langkah sederhana, mengajak belanja kebutuhan pokok.
Baca Juga:Kerusakan Lingkungan di Jabar Terus Terjadi, Bukti Lemahnya Pemerintah Terhadap SwastaKasus Pagar Laut di Bekasi, Bareskrim Tetapkan Sembilan Tersangka
Pada Jumat (11/4/2025) siang, wajah cerah Mak Engkoy (80 tahun) menyita perhatian. Lansia yang tinggal di RT 18 RW 08 Lingkungan Cikadu, Kelurahan Karangpanimbal, Kota Banjar itu terlihat sumringah ditemani Dede Tito Ismanto berbelanja di sebuah toko modern.
Dengan sabar, Kadis Kominfo tersebut mendampingi Mak Engkoy memilih beras, minyak, telur, gula.
Perempuan yang kerap disapa ‘Mak Engkoy’ itu mengaku terharu sekaligus bersyukur. Sebelumnya ia jarang mendapat perhatian semacam ini.
“Dapat uang saku, ada yang nemenin belanja. Saya nggak perlu khawatir stok makanan habis seminggu ke depan,” tambahnya, mata berkaca-kaca.
Nyaah ka Indung Bapa merupakan respons cepat Pemkot Banjar terhadap program Gubernur Jabar yang menekankan kepedulian pada kelompok lansia.
Setiap ASN diwajibkan ‘mengasuh’ minimal satu lansia dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Namun, bagi Tito, program ini bukan sekadar kewajiban administratif.
“Tujuannya membangun kepekaan sosial. Saat kita berbagi dengan mereka yang sudah sepuh, kita belajar arti keikhlasan,” ujar Tito usai mendampingi Mak Engkoy.
Baca Juga:Buntut Kasus Dokter PPDS, DPR Siap Panggil Kemenkes hingga RSHS BandungMenkop Sebut Pembentukan 80 Ribu Koperasi Desa Merah Putih Butuh Dana Rp400 Triliun
Ia sengaja memilih Mak Engkoy setelah survey lapangan. “Beliau hidup sederhana, tapi semangatnya luar biasa. Ini justru menginspirasi saya,” imbuhnya.
Selain bantuan materi, interaksi hangat antara ASN dan lansia menjadi nilai tambah program ini. Menurut Tito, banyak lansia yang merasa kesepian dan butuh teman bicara.
“Mereka senang bukan hanya karena dapat sembako, tapi karena ada yang mendengarkan cerita hidup mereka,” katanya.
