JABAR EKSPRES – Hampir seluruh kelurahan di Kota Cimahi memiliki potensi kerawanan bencana, mulai dari banjir, longsor, hingga pergeseran tanah. Kondisi ini diperparah dengan cuaca ekstrem yang tengah melanda sejumlah wilayah.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan, mengungkapkan pihaknya terus memetakan dan mengantisipasi titik-titik rawan bencana di seluruh kelurahan.
“Dengan sangat menyesal saya sampaikan, hampir di semua kelurahan terdapat potensi kerawanan bencana. Tentunya kita akan lebih fokus antisipasi pada daerah-daerah tersebut,” ujar Fitriandy kepada awak media, Selasa (11/3/2025).
Fitriandy menjelaskan, beberapa titik yang saat ini menjadi perhatian di antaranya banjir di wilayah Melong, banjir limpasan di sekitar Jalan Industri, serta di Kelurahan Utama RW 13 dan 16, Cipageran RW 01 dan 08, serta di daerah Ciseupan.
BACA JUGA:Hadapi Cuaca Ekstrem, Wakil Wali Kota Cimahi Soroti Kesiapan BPBD
Selain itu, titik rawan bencana juga muncul di Kelurahan Cibabat akibat kontur tanah yang memiliki lekukan dan penyempitan di arah hulu.
“Jadi semua hidrometeorologi ada di Cimahi, mulai dari banjir limpasan, genangan, banjir bandang, banjir luapan, hingga pergeseran tanah. Ini karena kontur tanah Cimahi yang sangat dinamis,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Kota Cimahi menyiapkan personel yang bertugas selama 24 jam dengan 10 orang di setiap shift.
Namun, Fitriandy mengakui jumlah personel yang ada masih kurang untuk menghadapi potensi bencana yang tidak bisa diprediksi.
“Sebetulnya jumlah personel masih kurang, melihat yang kita hadapi adalah bencana yang tidak bisa diprediksi oleh kemampuan manusia,” imbuhnya.
BACA JUGA:Tingginya Potensi Bencana di Cimahi, Alih Fungsi Lahan di Kawasan Bandung Utara Jadi Sorotan
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Cimahi, Rohmat, menyebut beberapa titik rawan bencana yang saat ini menjadi fokus penanganan.
Beberapa di antaranya berada di Cireundeu, Cibeber RW 07, dan Cipageran RW 07. “Dari ketiga titik itu, yang berdampak cukup luar biasa adalah Cireundeu,” ujarnya.
Penanganan bencana longsor di Cireundeu saat ini sudah mencapai 80 persen dengan menggunakan alat berat. Rohmat optimis proses pengangkatan material yang menyumbat saluran air bisa segera dituntaskan.