Isi Klarifikasi Adita Irawati Jubir Kepresidenan Usai Sebut “Rakyat Jelata”

JABAR EKSPRES – Kamu pasti sudah mendengar soal pernyataan yang bikin gempar ini, kan? Kami juga ikut terkejut ketika istilah “rakyat jelata” muncul dalam pernyataan Adita Irawati, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan.

Awalnya mungkin terdengar biasa saja, tapi siapa sangka, satu frasa itu memancing reaksi keras dari masyarakat.

Kontroversi ini ternyata bermula dari insiden yang melibatkan Gus Miftah. Kamu tahu, ia sempat viral setelah bercanda dengan seorang penjual es teh dengan kata-kata yang dianggap kasar, yaitu “Goblok.”

Meski banyak yang menganggap itu hanya guyonan, ada juga yang merasa ucapan itu tidak pantas, terutama karena Gus Miftah dikenal sebagai Utusan Khusus Presiden.

BACA JUGA: Baru Install Ada Reward Saldo DANA Rp550.000 Gratis

Ia menegaskan bahwa Istana Kepresidenan menyayangkan tindakan Gus Miftah. Sebagai bagian dari tim Presiden, perilaku seperti ini jelas tidak mencerminkan nilai-nilai yang dipegang oleh Pak Prabowo.

Namun, di sinilah kontroversi baru muncul. Dalam kalimat berikutnya, ia menggunakan istilah “rakyat jelata” untuk menggambarkan masyarakat yang merasa tersinggung.

Netizen Tidak Tinggal Diam

Reaksi netizen? Jangan ditanya! Mereka langsung membanjiri media sosial dengan komentar pedas. Sebagian besar dari mereka merasa istilah tersebut merendahkan, seolah ada jarak yang jelas antara rakyat dan para pejabat.

BACA JUGA: Pengguna Baru Dikasih Saldo Rp450.000 Gratis dari Aplikasi Penghasil Uang Ini

Kami sempat melihat beberapa komentar di TikTok dan Twitter. Banyak yang mempertanyakan mengapa seorang pejabat tinggi memilih kata seperti itu. “Bukannya merangkul, malah menjauhkan rakyat,” tulis seorang pengguna.

Klarifikasi Adita Irawati 

“Saya ingin memberikan klarifikasi terkait pernyataan saya yang saat ini menjadi sorotan publik. Saya menyadari bahwa pilihan diksi yang saya gunakan kurang tepat. Oleh karena itu, saya secara pribadi meminta maaf atas insiden ini yang telah memicu kontroversi di tengah masyarakat,” kata Adita.

Ia juga menjelaskan bahwa istilah tersebut digunakan sesuai dengan definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang berarti rakyat biasa, dan tidak dimaksudkan untuk merendahkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan