Di Jalan Sayati Hilir, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, berdiri rumah produksi boneka milik Roby Permana (38) yang menjadi saksi perjalanan industri boneka keluarganya selama tiga generasi.
Roby, yang mendirikan usahanya sejak tahun 2010 kini melanjutkan keahlian keluarga sebagai pengrajin boneka, memproduksi berbagai jenis boneka, mulai dari boneka karakter, gantungan tas, hingga tas alat musik berhiaskan boneka.
“Mulai dari cutting bahan, menjahit, hingga pengisian semuanya dilakukan di sini,” kata Roby saat ditemui, Kamis (17/10).
Baca Juga:Polisi Ungkap Dua Kasus Asusila di Kota Banjar, Satu Korban Dibawah UmurUmumkan Hasil Rekapitulasi Suara, KPU Jabar akan Gunakan SIREKAP di Pilgub 2024
Ia menjelaskan, semua proses produksi, dari awal hingga akhir, dilakukan di rumahnya yang juga berfungsi sebagai toko dan bengkel produksi.
Dalam proses pembuatan, bahan dasar seperti bulu rasfur, bulu Korea, velboa, nylex, dan yelvo dipotong menggunakan mesin cutting, atau terkadang dengan gunting manual untuk boneka kecil.
Setelah itu, bahan dijahit sesuai pola dan diisi dengan silikon. Setiap karyawan ditargetkan membuat 20 boneka atau satu kodi dalam waktu tiga jam, tergantung tingkat kesulitan modelnya.
“Sehari kami bisa produksi 600 sampai 700 boneka kalau modelnya tidak sulit,” jelas Roby.
Sebagai usaha rumahan, Roby memiliki delapan karyawan tetap dan lima mesin produksi.
“Kami juga sering dibantu oleh enam penjahit luar kalau ada order besar. Kalau orderan lagi ramai, saya ikut turun langsung,” tuturnya.
Usahanya beroperasi enam hari dalam seminggu, mulai pukul 08.00 hingga 22.00 WIB.
Berinovasi di Tengah Persaingan Produk Asing
Meskipun produk boneka lokalnya mampu bersaing dari segi kualitas, menurut Roby tantangan besarnya yakni dari produk asing yang menawarkan harga lebih murah.
Baca Juga:Arif Wijaya Janjikan Perbanyak Event hingga E-Commerce untuk Geliatkan Kawasan Tekstil CigondewahGerakan Pangan Murah: Solusi Pemkab Bogor untuk Stabilitas Harga dan Akses Pangan
Ia berharap pemerintah dapat memberi dukungan kepada industri lokal agar dapat bertahan.
“Pemerintah mestinya lebih mendukung produk dalam negeri. Kualitas kita bisa bersaing, tapi kalau soal harga, produk impor memang lebih murah,” ucapnya penuh harap.