JABAR EKSPRES – Ratusan hektar sawah di Kabupaten Bandung saat ini mengalami kekeringan akibat kemarau panjang yang melanda di sejumlah wilayah.
Tak tanggung-tanggung sebanyak 856 hektar sawah kini terkena dampak yang terjadi di lima kecamatan di Kabupaten Bandung.
“Iya kami memang menerima adanya laporan 856 hektar sawah mengalami kekeringan dan yang paling berdampak di wilayah Bandung Timur seperti Kecamatan Solokan Jeruk, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Cileunyi dan Kecamatan Rancaekek,” ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendarsah saat dihubungi, Sabtu (7/9).
Baca Juga:2 Pria Copet HP Siswa SMP di Sayati Kabupaten Bandung, Ini Kronologisnya!Senam Sehat Bareng Ribuan Warga Lembang, Pasangan Jeje-Asep Makin Lengket
Ningning menjelaskan bahwa kekeringan mempengaruhi sawah dalam berbagai fase pertumbuhan, dari baru tanam hingga fase generatif.
“Kekeringan ini terjadi pada berbagai fase tanaman, ada yang baru tanam dan ada juga yang sudah sebulan,” jelasnya.
Untuk mengatasi situasi ini, Dinas Pertanian telah menerapkan sejumlah langkah mitigasi.
“Kami melakukan pompanisasi, menyediakan irigasi perpompaan, serta sumur dalam dan sumur dangkal untuk sawah yang menggunakan teknik irigasi,” terang Ningning.
Sementara itu, menurut Ningning, wilayah lain di Kabupaten Bandung, seperti Pasir Jambu, Ciwidey, dan Rancabali, masih relatif aman berkat irigasi teknis.
“Cadas Gantung masih dapat mengairi sawah, dan wilayah seperti Pasir Jambu dan Ciwidey tidak terpengaruh parah,” tambah Ningning.
Namun, beberapa sungai utama yang digunakan untuk irigasi, seperti Sungai Cirasea dan Citarum, mengalami penurunan debit air.
Baca Juga:Ambil Ratusan ATM Nasabah, Polisi Amankan Mantan Karyawan Koperasi di Kabupaten BandungDiperpanjang hingga 10 September, BKD Sebut Pelamar CPNS di Jabar Kini Capai 17 Ribu
Pihaknya pun akan memberikan solusi jangka pendek dengan mengandalkan tadah hujan sebagai langkah awal.
“Sungai Citarum kini memiliki debit yang sangat kecil, dan Sungai Citarik bahkan sudah kering. Sebagai solusi jangka pendek, kita masih mengandalkan tadah hujan,” terangnya.
Ningning juga mengungkapkan bahwa perencanaan untuk pembangunan master irigasi masih berlangsung. Dan berharap dapat dimulai pada tahun 2025.
“Kami berencana membangun master plan irigasi untuk menghubungkan sistem irigasi sekunder dan tersier. Pemetaan masih menunggu kerja sama dengan pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUTR),” pungkasnya.
*FOTO ILUSTRASI*