BANDUNG – Di tengah perkembangan zaman, kebudayaan bagi kelompoknya harus tetap digaungkan. Lantas sejumlah upaya untuk beradaptasi pun mulai direncanakan Sadaya, tidak terpatok dengan kesenian yang sudah ada selama ini.
Sadaya, salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berada di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) bergelut mempertahankan kesenian di tengah perkembangan zaman. Didirikan sejak tahun 2008, hingga saat ini geliat seni masih terus dijalankan dan bertahan.
Ketua Umum Sadaya Unikom, Setiawan Perdiansah mengungkapkan, Sadaya yang memiliki arti saung budaya itu, pada mulanya berdiri saat rektor meminta adanya pertunjukan seni saat Unikom menyambut tamu undangan dari luar negeri.
BACA JUGA:Rahasia Tetap Bertenaga di Usia 50-an, Makanan Penambah Energi yang Wajib Dicoba
“Maka dibentuklah Sadaya. Awalnya bukan Sadaya tapi Kapas. Terus bergantilah. Mulai dari Sadayana terus jadi Sadaya,” ungkap Setiawan kepada wartawan, Jumat (24/5).
Dalam kegiatan seni di Sadya, dirinya menuturkan, terdapat lima cabang seni, Seperti diantaranya seni tari, angklung, perkusi, kendang hingga seni gamelan. Namun dipastikan, Sadaya bukan sekadar menyuguhkan kesenian semata.
“Ada juga kegiatan mahasiswa dan masyarakat. Berkegiatan di masyarakat, kegiatan sosial, lalu ada kegiatan olahraga juga dari Sadaya. Jadi, ya, bukan hanya seni juga di Sadaya,” tambahnya.
BACA JUGA:Tiga Hari Pencarian, Mayat Nazril Ditemukan di Bendungan Dobo
Sementara saat ditanya terkait kegiatan yang sedang dipersiapkan, Setiawa menyebut, kelompoknya sedang mengerjakan pagelaran. Pagelaran itu bernama Harmoni Budaya (HB). Kegiatan rutin tahunan tersebut bakal berlangsung dalam waktu dekat.
Menurutnya, tahun ini menjadi istimewa lantaran beberapa tahun ke belakang HB tidak diselenggarakan lantaran masih ada pandemi. “HB untuk wadahi hasil dari setiap latihan. HB ini tuh emang acara tahunan,” tutur Setiawan.
Selain itu, Setiawan berharap kedepannya Sadaya bisa berinovasi, mempertahankan kesenian dengan mengikuti prkembangan zaman.
“Harapannya bisa improve dan membuat yang baru. Kesenian mengikuti zaman, karena gamelan, tari dan lain-lain belajarnya itu aja. Berinovasi,” pungkasnya.