JABAR EKSPRES – Kemacetan merupakan masalah kronis di Kota Bandung. Bahkan, lewat survei yang sempat dilakukan oleh Asia Development Bank (ADB) pada Tahun 2019, Kota Kembang merupakan wilayah paling macet di Indonesia dan menduduki posisi 14 di Asia. Total kerugian akibat kemacetan pun menyentuh angka Rp 4 triliun.
Jabar Ekspres berhasil menghubungi narasumber yang sempat mengkaji dari mana nilai tersebut didapat. Menurut peneliti asal Prodi Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung, Haryatiningsih, hal itu mengacu pada jumlah pengeluaran yang jauh lebih besar imbas kemacetan yang terjadi.
“Otomatis kan akan sangat berdampak pada sisi pengeluaran. Contoh nyatanya dari segi pembelian bahan bakar, pengguna kendaraan akan mengeluarkan budget extra untuk membeli BBM akibat kemacetan,” ujarnya kepada Jabar Ekspres lewat pesan tertulis, Senin (13/5).
Menurutnya, pada satu kendaraan saja kerugian yang didapat akibat kemacetan bisa menyentuh angka Rp 20.000 hingga Rp 40.000. Hal tersebut mengacu pada jenis kendaraan dalam menggunakan bahan bakar.
“Kalau lihat penelitian saya, untuk jenis mobil pengguna pertalite BBM yang paling murah, kerugiannya 1 kendaraan aja bisa Rp 28.000. Apabila di compare dengan v-Shell BBM yang terhitung mahal, kerugiannya pasti jauh lebih besar,” katanya.
BACA JUGA: Bayi Berbobot 5,2 Kg Lahir di Bandung Barat, RSUD Cililin Pastikan Kondisinya Dalam Keadaan Sehat
Menurutnya, hal ini berdasarkan perhitungan rata-rata kendaraan dalam mengkonsumsi BBM di jalan normal dengan kendaraan yang terjebak kemacetan. Diakuinya, kerugian akibat kemacetan saat ini jauh lebih besar imbas kenaikan di segala jenis BBM.
“Pasti jauh lebih besar (Kerugiannya). Apalagi dibarengi dengan BBM yang terus mengalami kenaikan. Kendaraan dalam mengkonsumsi BBM kan gak akan berkurang,” ungkapnya.
Untuk pengguna kendaraan roda dua saja, apabila semula mengkonsumsi 1 liter BBM berjenis pertalite yang kini harganya Rp 10.000 per liter kemudian terdampak kemacetan sehingga harus menambah konsumsi bahan bakar menjadi 2 liter, kerugiannya mencapai Rp 170 miliar.
Nilai tersebut di umpakan apabila seluruh kendaraan roda dua menggunakan BBM berjenis pertalite. Apabila jumlah keseluruhan kendaraan roda dua di Kota Bandung yang kini ada sebanyak 1.7 juta kendaraan kemudian dipetakan ke dalam jenis penggunaan bahan bakar yakni pertamax turbo, pertamax, V-shell dan lain-lain, jumlahnya akan jauh lebih besar.