Viral di Medsos Bisa Picu Kepanikan Moral: Sebuah Studi Baru Mengungkap Buktinya

Dalam salah satu bagian studi, peserta diperlihatkan tweet dari kelompok politik yang mereka setujui atau tidak setuju, mengubah jumlah berbagi untuk mengamati perubahan dalam persepsi bahaya dan respons yang dipicu oleh kemarahan.

Segmen lain dari studi difokuskan pada reaksi terhadap tweet yang jelas bersifat prasangka, bervariasi dalam tingkat viralitas untuk mengukur perbedaan dalam respons emosional dan perilaku.

Tim peneliti membandingkan reaksi terhadap tweet yang hanya mengganggu dengan yang merugikan atau prasangka, untuk melihat apakah masalah serius memicu reaksi yang lebih kuat daripada ketidaknyamanan kecil dalam konteks popularitas yang jelas.

Penelitian menciptakan tren media sosial yang benar-benar baru, “#dizzydogging,” untuk menguji apakah masalah yang tidak dikenal akan masih dianggap sebagai ancaman jika menjadi topik yang banyak dibahas, dengan demikian memeriksa apakah reaksi tersebut terhadap konten atau hanya fakta dari viralitasnya.

Eksperimen terakhir memperluas cakupan dengan tidak hanya menilai niat untuk mengekspresikan kemarahan tetapi juga mengeksplorasi reaksi-reaksi lain yang mungkin, seperti kekhawatiran atau kesedihan.

Penelitian ini juga berusaha untuk memahami persepsi peserta tentang apa yang membuat sebuah tweet berpengaruh, baik melalui persetujuan yang luas (suka) atau dampaknya yang dirasakan pada pendapat publik.

Sepanjang eksperimen ini, peserta mengevaluasi sejauh mana tweet menimbulkan perasaan bahaya sosial dan kemungkinan mereka untuk merespons dengan kemarahan atau emosi lainnya. Dengan memanipulasi jumlah suka dan berbagi, penelitian ini menyelidiki bagaimana metrik-metrik ini mempengaruhi persepsi orang.

Melalui delapan penyelidikan yang berbeda, termasuk analisis percakapan Twitter nyata dan eksperimen terkontrol, penelitian ini menyediakan bukti bahwa posting yang menjadi viral di media sosial lebih mungkin memicu respons kemarahan moral. Konten viral secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan persepsi ancaman dan kemungkinan yang lebih tinggi untuk memicu respons kemarahan.

Studi-studi ini juga menyarankan bahwa viralitas terutama efektif dalam memperkuat ancaman yang mencerminkan kekhawatiran yang sudah ada pada pengguna — misalnya, kaum liberal menunjukkan reaksi yang nyata terhadap tweet viral tentang perubahan iklim.

Temuan ini secara kolektif menyoroti bahwa ekspresi kemarahan yang luas di media sosial bukanlah sekadar kebisingan tetapi seringkali berasal dari kekhawatiran nyata atas ancaman viral, menekankan peran dinamika media sosial dalam membentuk wacana publik dan reaksi terhadap ancaman sosial yang dirasakan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan