Ramadhan Dari Hari ke Hari, WOLULAS : Waro, Orientasi LUhur yang LAhir dari Shaum

JABAR EKSPRES – Salah satu komponen taqwa saat Ramadhan yang merupakan sifat atau ciri dari seorang MUTTAQIIN adalah Waro. Waro’ secara sederhana artinya hati-hati.
Secara syari’at waro’ artimya adalah meninggalkan atau menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas status halal haramnya.

Dan menurut para ahli tasawuf artinya menjauhkan diri dari dosa. Waro’ adalah sikap menahan diri agar hatimu tidak menyimpang sekejap pun dari mengingat Alloh. Ada juga yang mengemukakan bahwa waro’ adalah seorang hamba tidak berbicara melainkan dalam kebenaran, baik dalam keadaan ridha maupun dalam keadaan marah.

Dan banyak lagi definisi tentang waro’ yang dikemukakan oleh para ulama.

Baca juga : Ramadhan Dari Hari ke Hari, PITULAS: Inti ibadah Shaum Ramadhan: Patuhi saja Instruksi dan TUntunan dari The Lord of Alam Semesta..!!!

Intinya waro’adalah suatu orientasi luhur yang akan menjadikan pelakunya terjaga dari segala perbuatan yang sia-sia yang akan menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kecelakaan hidup di dunia dan di akhirat.

Mengenai pengertian waro’ ini di al-Qur’an tidak disebutkan definisinya secara jelas. Akan tetapi ada beberapa ayat yang secara tidak langsung menyebutkan ciri-ciri wara’ berdasarkan dengan kandungan maknanya. Ayat-ayat tersebut di antaranya yaitu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“ Dan pakaianmu bersihkanlah”.
( Q.S. Al Muddatsir : 4 )

Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini yaitu janganlah mengenakan pakaian untuk perbuatan maksiat.

Menurut penafsiran Ibnu Sirrin dan Ibnu Zaid maksud dari ayat tersebut adalah perintah untuk menjaga pakaian dari najis yang dapat menyebabkan sholat kita tidak sah, sebab orang-orang musyrik zaman dahulu tidak pernah menjaga kesucian badan dan pakaian mereka.

Sedangkan Rosuululloh Muhammad SAW pernah menyampaikan salah satunya,

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, Rosuululloh Muhammad Shollalloohu ‘alaihi Wa sallam bersabda:

إني لأنقلب إلى أهلي؛ فأجد التمرة ساقطة على فراشي، ثم أرفعها لآكلها ثم أخشى أن تكون صدقة فألقيها

“Sesungguhnya aku pulang ke rumahku, lalu aku menemukan sebutir kurma yang jatuh di atas kasurku. Kemudian aku ambil untuk dimakan tapi aku khawatir ia adalah kurma sedekah maka aku lemparkan..”
(H.R. Bukhori dan Muslim)

Baca juga : Ramadhan Dari Hari ke Hari, GENEP BELAS : GENErasi penuh Pesona Akhlak, pasti BEnar LAtihan SHAUMnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan