Pawai Ogoh-ogoh Perdana di Kota Cimahi, Ummat Hindu Sambut Suka Cita Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1946

CIMAHI, JABAR EKSPRES – Warga Kota Cimahi, terkhusus ummat Hindu, tunjukkan antusiasme tinggi dalam perayaan festival budaya yang melibatkan pawai ogoh-ogoh. Kegiatan ini merupakan acara perdana yang diadakan di Kota Cimahi, Minggu 10 Maret 2024.

Hari Raya Nyepi yang akan dilaksanakan besok, Senin 11 Maret tahun Caka 1946 atau tahun 2024, disambut dengan penuh sukacita. Sejumlah warga berkumpul di sepanjang trotoar di sekitar Gedung Pussen Arhanud untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh yang diadakan sebagai bagian dari perayaan tersebut.

Budi Rahardjo (49), seorang warga Baros, Kota Cimahi, turut serta dalam pawai ogoh-ogoh bersama anaknya, Putra (12), demi memenuhi keinginan sang anak yang tertarik untuk menyaksikan ogoh-ogoh dan mengenal budaya Bali.

“Sengaja ke sini katanya anak ingin lihat pawai ogoh-ogoh katanya, kebetulan istri saya orang Bali juga dia sudah sering melihat pawai ogoh-ogoh di sana,” ucapnya saat diwawancarai Jabar Ekspres di trotoar Jalan Sriwijaya Raya, Kota Cimahi.

Sementara itu, Komang Ayu Rosa Wulandari (19), seorang penganut agama Hindu yang bertempat tinggal di Cihanjuang, Cimahi, merasa gembira menyambut Hari Raya Nyepi kali ini. Ia merasa sangat bersemangat karena untuk pertama kalinya, perayaan Hari Raya Nyepi di Cimahi disemarakkan dengan kehadiran pawai ogoh-ogoh.

BACA JUGA: Ribuan ODGJ Terlantar di Kota Cimahi: Tantangan Penanganan hingga Penolakan Keluarga

“Ini pertama kalinya di Cimahi, saya selaku umat Hindu di Cimahi sangat senang dengan adanya pawai ogoh-ogoh ini,” ungkapnya.

Rosa menyampaikan, terdapat perbedaan antara ogoh-ogoh yang dipertunjukkan di Bali dengan yang dipamerkan di Kota Cimahi, khususnya dalam hal dimensi dan bentuknya.

“Kalau di Bali ogoh-ogoh nya sangat besar dan lebih kreatif sekali, bisa hampir sebesar rumah lah. Kalau disini kecil karena mungkin kalau di Bali ada komunitas-komunitas seniman Bali yang biasa membuat ogoh-ogoh,” paparnya.

Selain itu, Rosa juga menyampaikan ogoh-ogoh yang memiliki ukuran besar di Bali umumnya dibakar, dan sering kali menyebabkan beberapa warga mengalami kerasukan.

“Ogoh-ogoh itu kan ada filosofinya seperti mengusir roh jahat, menyucikan diri dari hal-hal negatif, kalau di Bali biasanya ritualnya itu ada yang kerasukan,” jelas Rosa.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan