Rahasia Keutamaan Bulan Sya’ban Dibandingkan Bulan Lain Dalam Penanggalan Islam

JABAR EKSPRES – Bulan Sya’ban merupakan bulan sebelum Ramadhan, hal ini membuat bulan syaban sering dimanfaatkan banyak orang, untuk mempersiapkan diri menjelang bulan Ramadhan. Hal ini membuat Bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan.

Bulan Sya’ban memiliki beberapa keutamaan dibandingkan bulan lain.  Karena dalam bulan sya’ban Rosulullah sering mengajarkan untuk memperbanyak puasa sunah juga ibadah-ibadah lainnya.

Sya’ban dalam bahasa Arab berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.

Baca juga :Maksimalkan Ibadah di Bulan Sya’ban Sebelum Masuk Ramadhan

Bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya’ban seringkali dilupakan.

Beberapa keutamaan yang sering disebutkan dalam hadits adalah sebagai berikut:

1. Amalan Dibawa Ke Langit

Dikatakan bahwa amalan-amalan yang dilakukan pada bulan Sya’ban diangkat ke langit, seperti doa, sedekah, dan ibadah lainnya.

2. Puasa Nisfu Sya’ban

Malam pertengahan bulan Sya’ban, yang dikenal sebagai Nisfu Sya’ban, sering dianggap sebagai malam istimewa untuk melakukan ibadah dan berdoa. Puasa pada hari ini juga dianjurkan oleh sebagian ulama.

3. Pengampunan Allah

Ada keyakinan bahwa Allah SWT memberikan pengampunan kepada hamba-Nya pada bulan Sya’ban dan mengampuni dosa-dosa mereka.

4. Persiapan Ramadhan

Bulan Sya’ban juga dianggap sebagai bulan persiapan menjelang bulan Ramadhan, di mana umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan ketaqwaan mereka sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan.

Baca juga :  Malam ini Nisfu Sya’ban, Lakukan Amalan ini, Niscaya Dosa-Dosa Diampuni

Sementara itu, terdapat beberapa hadis yang secara khusus menyebutkan bulan Sya’ban. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَيُّكُمْ يُصْبِحُ غَدًا صَائِمًا؟ قَالُوا: لاَ مِنَّا، قَالَ: أَوَلَمْ يَقْدِرْ أَحَدُكُمْ أَنْ يُصْبِحَ غَدًا صَائِمًا، فَإِنَّا لاَ نَدْرِي، لَعَلَّ رَبَّنَا أَنْ يُبَرِّكَ لَنَا فِي ثَلاَثِ لَيَالٍ: الثَّالِثَةِ وَالْخَامِسَةِ وَالسَّابِعَةِ. فَأَمَّا الثَّالِثَةُ مِنْ شَعْبَانَ فَافْتَرِقُوا بِيْنَ الأَشْهُرِ وَافْتَرِقُوا بِيْنَ الأَيَّامِ وَافْتَرِقُوا بِيْنَ السَّاعَاتِ فَأَرْجُو أَنْ يُسْتَجَابَ لِي وَأَنْ أُغْفَرَ لِي. (رواه الترمذي)

Artinya: “Siapa di antara kalian yang akan berpuasa besok?” Para sahabat menjawab: “Tidak ada di antara kami yang berpuasa besok.” Rasulullah bersabda: “Tidakkah kalian mampu berpuasa besok? Sebenarnya kami tidak mengetahui, mungkin Tuhan kami memberkahi kami pada tiga malam: malam ketiga belas, malam kelima belas, dan malam ketujuh belas dari bulan Sya’ban. Oleh karena itu, belajarilah untuk memisahkan bulan-bulan, memisahkan hari-hari, dan memisahkan jam-jam. Saya berharap agar doa saya dijawab dan dosa-dosa saya diampuni.” (HR. Tirmidzi)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan