Bertahan di Tengah Gempuran Zaman, Kisah Pedagang di Pasar Buku Palasari

Pasar buku Palasari mengalami masa kejayaannya di tahun 1983-an ketika pemasaran buku meledak karena para pegiat literasi di Kota Bandung rajin berkunjung ke Palasari. Walau hanya berkunjung dan menumpang baca, suasana terasa sangat hidup.

Namun kobaran si jago merah melenyapkan sebagian besar Palasari di tahun 1993. Pemerintah pun telah berupaya memindahkan para pedagang ke pinggir jalan Palasari.

Palasari sempat kembali ramai di tahun 2000-an. Namun masa pandemi Covid-19 di tahun 2020 kembali memperburuk situasi para pedagang hingga saat ini.

Hal ini sangat terasa bagi Rohayati, salah satu pedagang yang sudah berada di Palasari sejak tahun 2000-an. Siang itu, ia duduk di dalam tokonya sembari membersihkan debu-debu yang menempel di buku yang ia jajakan.

Ia bersama seorang karyawannya menghabiskan hari di toko sejak pukul 09.00-17.00 WIB. Karena usianya yang sudah tidak muda lagi, ia mengandalkan karyawannya, Adi, untuk mempromosikan buku, serta membantu penjual lainnya berjualan.

“Ibu ngga jualan sendiri, ada karyawan, tapi lagi keluar nganterin buku. Adi itu nanti dia yang manggil-manggil pembeli, sama nganterin buku yang dijual disini kalo stok buku di toko lain lagi kosong,” ujar Rohayati.

Sembari merapihkan buku Dia bercerita, para pedagang saling membantu jika pembeli mencari judul spesifik yang tidak ada di toko salah satu penjual. Hal ini sudah sejak lama dilakukan dan menjadi kebiasaan bagi para penjual.

“Dulu mah, ramai. Kemarin waktu abis pandemi sempet rame, cuma sekarang sepi lagi. Kalo ibu jualan online mah ramai, cuma kalo jualan langsung begini emang sepi. Anak sekolahan juga udah jarang, ga sebanyak dulu,” tuturnya.

Rohayati berharap, ada tindakan dari Pemerintah Kota Bandung untuk kondisi Pasar Buku Palasari, seperti ketika pemerintah bertindak cepat dalam merelokasi pedagang pasca kebakaran tahun 1993 dulu.

Menurutnya, selain memakmurkan penjual, pembeli akan lebih diuntungkan karena bisa melihat kondisi buku secara langsung, bernegosiasi, dan merasakan pengalaman nostalgia dengan banyaknya buku jadul yang dijual di Palasari.

“Emang zaman sekarang lebih praktis, cuma kalo dateng langsung bisa lihat dulu bukunya, bisa baca-baca juga, kan banyak buku jadul. Tapi saya mah ikhlas kalo memang ga bisa ramai lagi, yang penting udah berusaha, rejeki mah sudah ditangan Allah,” harapnya.

Tinggalkan Balasan