JABAR EKSPRES- Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menyelenggarakan latihan militer terbesar dalam lebih dari tiga dekade pada pekan depan, dengan melibatkan 90 ribu tentara.
Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, mengungkapkan pada Kamis (18/1/2024) bahwa latihan tersebut berjudul “Steadfast Defender 2024” dan akan berlangsung hingga akhir Mei. Partisipan mencakup unit dari 31 negara anggota NATO, termasuk Swedia sebagai calon anggota.
Latihan ini, terdiri dari serangkaian latihan individu, akan dilaksanakan dari Amerika Utara hingga sisi timur NATO, dekat perbatasan Rusia. Dalam Steadfast Defender 2024, 50 kapal angkatan laut, 80 pesawat, dan lebih dari 1.100 kendaraan tempur akan dikerahkan.
BACA JUGA : Uni Eropa Telah Menetapkan Pimpinan Hamas Sebagai Teroris
Jenderal Cavoli menyatakan bahwa aliansi akan menunjukkan kemampuannya untuk memperkuat kawasan Euro-Atlantik melalui pergerakan kekuatan transatlantik dari Amerika Utara.
Latihan berskala besar ini menjadi yang pertama sejak era Perang Dingin pada tahun 1988. Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, menekankan bahwa Steadfast Defender 2024 mencerminkan kesiapan baru aliansi dengan jumlah pasukan dan latihan rekor di seluruh aliansi, melintasi lautan dari AS hingga Eropa.
Bauer juga memberi peringatan bahwa masyarakat sipil di negara-negara anggota NATO perlu mempersiapkan diri menghadapi potensi konflik di masa depan dengan Rusia.
Meskipun tidak mencari konflik, Bauer menegaskan pentingnya kesiapan untuk menghadapi potensi ancaman. Menurutnya, kekuatan darat Rusia mengalami degradasi parah akibat perang di Ukraina, meskipun angkatan laut dan udaranya masih kuat.
Kremlin, menurut Bauer, terhambat dalam upaya menyusun kembali pasukannya akibat dampak sanksi Barat, meski berhasil meningkatkan produksi artileri dan rudal.
Mengomentari konflik di Ukraina, Bauer menyatakan bahwa meskipun pertempuran sengit masih terjadi, garis depan “tidak banyak bergerak.” Bauer mengimbau para pendukung Ukraina untuk tidak terlalu pesimis terhadap prospek Kiev tahun ini, meskipun serangan terbaru Rusia dianggap merusak, namun tidak efektif secara militer.
BACA JUGA : Penurunan Populasi Cina untuk Kedua Kalinya, Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi