Detik-detik mencekam saat banjir melanda Kampung Lamajang Peuntas, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung diceritakan salah satu warga yang hampir kehilangan keluarga terkasihnya.
Agi, Jabar Ekspres
Yani Maryani (49) pemilik warung di Desa tersebut terjebak di dalam rumah saat air deras tiba-tiba menghampiri serta menghancurkan bagian depan rumahnya. Seketika, barang-barang berharga seperti etalase, kulkas, dan lainnya berhamburan saat air semakin tinggi.
Dirinya Sesaat sebelum hujan deras, sambil menggendong anaknya, Yani yang sedang berada di ruang tengah rumahsempat akan membereskan barang dagangannya. Namun seketika, air akiba jebolnya tanggul sungai Cigede Jebol datang bak Tsunami
Yani bersama anaknya bernama Tiara (21) dan suaminya, Itan Suhendar (43), berusaha menahan etalase yang terjungkal di depan rumah. Dirinya bingung dan ,pasrah ketika air masuk dan langsung meninggi dengan cepat.
“Saat itu sudah gelap, bingung dalam hati saya, kalau selamat, selamat semua, kalau tak selamat, tak selamat semua,” ujar Yani saat ditemui di lokasi, Selasa (16/1/2024).
Saat itu, ketinggian air di dalam rumah sudah mencapai dada, bahkan dirinya tidak mendengar suara apapun diluar rumah.
“Padahal kata warga juga banyak yang berteriak takbir pas jebol tanggul itu, mereka semua kaget dan saling berteriak, tapi saya ga denger sama sekali mungkin karena saya juga panik,” katanya.
Hanya berjarak sekitar 15 meter dari jebolnya tanggul tersebut, air deras juga membawa lumpur.
“Jangankan saya, kayu gelondongan saja dan batu terbawa arus, apalagi manusia,” kata Yani, menjelaskan kesulitan mereka untuk keluar rumah.
Dinding rumah miliknya hancur dan bagian sebelah kanan ambruk. Beruntung, ambruknya dinding itu menjadi jalan penyelamatan bagi keluarga Yani. Karena pada saat air masuk suaminya, Itan, berani keluar untuk mengevakuasi anak-anak terlebih dahulu ke rumah tetangga yang lebih tinggi.
“Saya memberanikan diri untuk keluar ke rumah tetangga, meskipun air masih deras, kayu, batu kirmir, hingga motor saja terbawa arus,” ungkap Itan, menjelaskan usahanya untuk menyelamatkan keluarganya.
Meskipun berhasil selamat, Yani baru menyadari bahwa harta bendanya yang telah ditabung sejak tahun 2000 lenyap begitu cepat terbawa arus banjir bandang.