Cek Fakta Tentang Semua Ungkapan Debat Capres

JABAR EKSPRES- Dalam debat capres ke-3 yang diselenggarakan pada hari minggu (7/1/2024), tentunya ada beberapa ungkapan yang dilontarkan oleh masing-masing capres. Namun dari ungkapan tersebut apakah sudah sesuai faktanya atau belum ? Mari kita cek faktanya dibawah ini.

1. CEK FAKTA: Pernyataan Prabowo tentang Tidak Pernah Gagal Bayar Utang

Calon presiden nomor 2, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa Indonesia tidak pernah gagal bayar utang luar negeri. Pada debat capres Minggu (7/1/2024), Prabowo menyampaikan, “Saya tidak terlalu khawatir negara lain ikut campur soal utang kita; kita sangat dihormati di seluruh dunia, dan kita tidak pernah gagal bayar utang.”

Berdasarkan catatan, Indonesia memang tidak pernah gagal bayar utang luar negeri, sebuah fakta yang ditegaskan oleh Kementerian Keuangan, seperti yang dilaporkan oleh Antara. “Alhamdulillah, dalam sejarah Indonesia tidak pernah default atau gagal bayar utang,” ujar Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu.

Per Desember 2023, data Bank Indonesia menunjukkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2023 sebesar 392,2 miliar dolar AS, mengalami penurunan dari posisi ULN pada September 2023 yang mencapai 394,4 miliar dolar AS.

BACA JUGA : Ternyata Ini Alasan Prabowo dan Anies Tidak Salaman Usai Debat Capres Ketiga

2. CEK FAKTA: Klaim Ganjar tentang Penurunan Indeks Perdamaian Global Indonesia

Calon presiden nomor 3, Ganjar Pranowo, menyebut adanya penurunan Indeks Perdamaian Global Indonesia, menurut Institute for Economics and Peace. Ini disebut sebagai salah satu indikator data pertahanan yang menurun, menurut Ganjar.

Ganjar menyatakan, “Global Peace Index Indonesia, menurut Institute for Economics and Peace itu turun,” dalam debat capres ketiga di Jakarta pada Minggu (7/1/2024).

Menurut laman Institute for Economics and Peace, Indeks Perdamaian Global Indonesia memang mengalami penurunan, meskipun angka yang tertera cukup besar, yaitu 53. Pada tahun 2022, indeks Indonesia adalah 42. Angka yang lebih tinggi menunjukkan kondisi negara yang kurang aman.

Indeks Perdamaian Global (GPI) menganalisis keadaan perdamaian di seluruh dunia sebagai upaya untuk mengukur posisi relatif perdamaian suatu negara. GPI terdiri dari 22 indikator yang menilai adanya atau tidak adanya kekerasan atau ketakutan akan kekerasan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan