FKUB Klaim Indeks Kerukunan di Kota Bogor di 2023 Meningkat

JABAR EKSPRES – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bogor menggelar Refleksi Akhir Tahun Kerukunan Beragama di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, pada refleksi akhir tahun yang digelar pada Rabu (27/12) ini dibuka oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya yang  sekaligus turut me-launching Indeks Kerukunan Kota Bogor 2023.

“Indeks Kerukunan Kota Bogor 2023 yang dilakukan FKUB selama dua bulan (September-November) mengalami peningkatan dari 2022 yakni dari 76 menjadi 79,98,” kata Ketua FKUB Kota Bogor, Hasbulloh dikutip Kamis, 28 Desember 2023.

Hasbulloh menjelaskan, Indeks Kerukunan atau Indeks Kota Toleran yang dilakukan FKUB setiap tahun ini dinilai dari tiga dimensi.

BACA JUGA: Sempat Jadi Temuan BPK, Ada Proyek Pemeliharaan Lagi di Basemen DPRD Jabar

Dimensi pertama yakni dimensi kerja sama, dimensi toleransi dan dimensi kesetaraan. Pengukuran Indeks Kerukunan ini dilakukan dengan melakukan survei ke 401 responden di enam kecamatan se-Kota Bogor.

“Dari hasil penelitian ini terlihat skor Indeks Kerukunan di setiap kecamatan. Skor Indeks yang terendah yakni di Kecamatan Bogor Utara dengan poin 76,” ungkapnya.

Menurutnya, untuk itu ada hal-hal yang harus diperkuat Kecamatan Bogor Utara untuk meningkatkan skor Indeks Kerukunannya.

Di antaranya, camat harus lebih sering melakukan dialog dengan tokoh lintas agama, memperkuat kerja sama lintas agama dengan peningkatan partisipasi masyarakat di kegiatan sosial.

Seperti perayaan HUT RI, kerja bakti dan membantu penganut agama lain yang terkena musibah.

“Dari sisi toleransi, melindungi masyarakat yang ingin melakukan ibadah di rumah ibadahnya masing-masing, hidup damai dengan tetangga yang berbeda agama. Sementara dari sisi kesetaraan yakni dengan memberikan akses layanan publik tanpa membedakan antara agama dan suku,” jelas Hasbulloh.

Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan, Kota Bogor kalau sampai bergerak kembali ke kota intoleran akan kehilangan banyak hal dan akan mati potensi yang ada.

Menurut dia, Kota Bogor sekarang ini jauh lebih beragam dan secara geografis ada di dalam lingkaran Jakarta Metropolitan dengan berbagai suku, etnis dan kepercayaan.

“Menjaga agar Kota Bogor tetap di tengah ini sebenarnya meneruskan DNA Kota Bogor dari masa zaman kerajaan Pajajaran. Ada DNA keberagamaan di sana dan menjaga Kota Bogor tetap toleran bukan hanya dari indeks saja,” tutur Bima.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan