Berebut Lahan Bisnis Masjid Al Jabbar yang Menggiurkan

BACA JUGA: Sejumlah Monyet Diduga Turun Gunung dan Menyasar Rumah-Rumah Warga di Solokanjeruk Bandung

Dewan: Filosofi Pembangunan Masjid Al Jabbar untuk Dakwah dan Edukasi, Bukan Profit

Ilustrasi Masjid Al Jabbar
Ilustrasi Masjid Al Jabbar (Pandu Muslim/Jabar Ekspres)

Wacana pengelolaan lahan bisnis atau komersil di kawasan Masjid Al Jabbar oleh PT Jaswita Jabar mendapat respon dari Anggota DPRD Jabar Pepep Saepul Hidayat. Menurutnya, filosofi pembangunan masjid itu adalah sebagai ruang dakwah dan edukasi bukan kepentingan profit.

Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu menguraikan, pembangunan masjid di Kecamatan Gedebage itu adalah hasil komitmen bersama berbagai stakeholder di Jabar. “Semangatnya adalah agar Jabar punya ikon wisata religi. Jadi pendekatan pengelolaannyapun harus kesana,” terangnya kepada Jabar Ekspres, Senin (25/12).

Pria yang juga anggota Komisi III itu menambahkan, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan terkait wacana pengelolaan itu. Pertama adalah terkait kapasitas. “Harus tau betul kompetensi PT Jaswita dalam mengelolanya. Apakah benar ada orang yang berkapasitas mengelola galeri dan aset lainnya,” sambungnya.

Pepep melanjutkan, aspek yang tak kalah penting adalah dari semangat pembangunan masjid tersebut. Masjid itu dibangun sebagai ruang dakwah dan edukasi ke masyarakat. “Jadi tidak semata-mata kepentingan profit. Tapi lebih ke fungsi dakwah dan edukasi,” katanya.

Menurut Pepep, pembangunan masjid itu jauh dari konsep usaha. Sehingga filosofis ini perlu dipahami bersama. Baik dari pemprov yang hendak memutuskan, termasuk pihak-pihak yang ingin mengelola.

Pepep menegaskan bahwa jika memang akan dikelola oleh BUMD, maka pihak pengelola itu harus benar-benar berkapasitas atau berkompetensi. “Pembangunan galeri itu semangatnya untuk ruang dakwah. Non profit. Jadi kalau ada BUMD yang berminat kelola ya harus dipertanyakan,” tegasnya.

Pepep lebih condong bahwa pengelolaan seluruh aset di Masjid Al Jabbar itu dikelola oleh satu badan yang otonom. “Filosofisnya seperti penglolaan masjid modern,” katanya.

Berdasar Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Jabar, pembangunan Masjid Al Jabbar itu telah menelan anggaran yang tidak sedikit. Jumlahnya lebih dari Rp1 triliun.Termasuk yang sempat ramai adalah anggaran untuk konten Galeri Rasulullah itu yang mencapai Rp16 miliar. (son)

Tinggalkan Balasan