Pro Kontra Dinasti Politik Kota Banjar Mencuat, Jauh Sebelum Pilkada 2024

JABAR EKSPRES – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024 di Kota Banjar kembali memanas pasca berakhirnya masa kepemimpinan Hj. Ade Uu Sukaesih sebagai Wali Kota Banjar. Meski Pilkada Tahun 2024 berlangsung setelah Pemiluhan Umum dan Pemilihan Legislatif, namun reaksi publik ramai bermunculan di Kota Banjar. Mengingat berakhirnya masa jabatan Hj. Ade Uu Sukaesih berakhir. Kepemimpinan Kota Banjar sendiri selama dua dekade terakhir dipimpin oleh satu keluarga.

Reaksi ini bermuculan lantaran menganggap kepemimpinan Kota Banjar selama dua dekade terakhir layaknya dinasti. Seperti yang santer ramai terjadi tingkat pusat yang mana anak seorang Kepala Negara ikut mecalonkan sebagai Wakil Presiden dalam kontestasi Pemilu 2024. Image dinasti politik ini yang sedang ramai dan mencuat di masyarakat Kota Banjar.

Pro kontra dinasti politik terjadi ini bermuculan dari berbagai pihak. Mulai dari akademisi, politikus, eksponen FPKB hingga bakal calon Wali Kota pun turut merespon. Masing-masing memiliki pandangan yang berbeda.

Baca juga: Angkot jadi Sarang Stiker Kampanye, Bawaslu Kota Bandung Tak Melarang?

Mantan anggota DPRD Kota Banjar Budi Kusmono menilai agar tidak ada lagi dinasti politik. Sebab dinasti politik ini dinilai kurang baik bagi kehidupan masyarakat karena hanya cenderung pada kelompok tertentu saja yang pro dengan kepala daerah.

“Jangan ada dinasti jilid dua dan ini yang harus di sosialisasikan ke masyarakat. Politik dinasti itu kurang baik bagi kehidupan masyarakat, karena dinasti itu cenderung melindungi konco-konco (teman-teman) nya dan keluarga dan cenderung tidak pro rakyat,” kata Budi Sutrisno, Jumat 8 November 2023.

Budi menambahkan, pemahaman ini harus diketahui oleh semua masyarakat. Karena ini juga menyangkut terhadap kesejahteraan masyarakat. “Ini yang masyarakat harus tau kalau terjdi seperti ini kapan mau sejahtranya masyarakatnya?,” katanya.

Pandangan berbeda disampaikan Pengusaha Muda asal Kota Banjar Atet Handiyana Juliandri Sihombing. Menurut Atet bahwa dinasti politik tidak semua konotasinya kurang baik. Tetapi bagaimana kepemimpinan ini bisa memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat.

“Tidak semua dinasti itu jelek konotasinya. Namun yang diperlukan Banjar saat ini adalah pemimpin yang bisa memberikan solusi yang cerdas. Bagaimana Banjar kedepannya agar persoalan-persoalan Banjar segera teratasi. Terutama masalah pengangguran dan rendahnya daya beli masyarakat. Jadi bukan hanya bermain di tataran teori atau wacana tapi harus dengan prakteknya,” ucap Atet Handiyana yang akan mencalonkan diri sebagai Wali Kota pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024 di Kota Banjar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan