Cegah Bullying di Lingkungan Sekolah, SMPN 8 Cimahi Berdayakan Siswa Mengekspresikan Aspirasi Lewat Tulisan

JABAR EKSPRES – Pencegahan bullying di kalangan siswa, sekolah telah mengambil langkah dengan menerapkan program P5. Melalui program ini, siswa dikerahkan untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui tulisan, memberikan ruang kreatif untuk berbagi pemikiran dan pengalaman.

Guru berperan sebagai fasilitator, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menjadikan pencegahan intimidasi menjadi prioritas utama.

Menurut Koordinator P5 SMPN 8 Cimahi, Mulyani mengatakan kurikulum merdeka acuan dasar dari P5 dilaksanakan satu tahun selama 4 hingga 5 kali. Namun pihak sekolah masih mengambil 3 kali.

“Kami belum sanggup mengambil 4 kali jadi kami masih laksanakan 3 kali. Tema sekarang bangunlah jiwa raganya, itu mengadopsi dari program pusat pendidikan karakter dan modulnya kita adopsi dari sana dengan membentuk karakter pada siswanya,” ucapnya pada Jabar Ekspres, Selasa, 14 November 2023.

Menurut Mulyani, dalam menerapkan program P5, terutama dalam hal pencegahan tindakan bullying, pihak sekolah memberikan keleluasaan pada siswa agar mereka dapat lebih mudah dalam memberikan aspirasinya.

BACA JUGA: SMAN 2 Cimahi Gencar Lakukan Pengolahan Sampah Mandiri Melalui Program P5 Gaya Hidup Berkelanjutan

“Anak kontekstual, melihat kondisi di lingkungan sekolah atau pun kenyataan yang mereka rasakan dirumah,” jelasnya.

Implementasi penerapan P5 pada siswa terkait pencegahan bullying, pihak sekolah membentuk agen pada siswa dari setiap kelasnya yang dipilih oleh siswa sendiri.

“Implementasi yang sekarang dibentuk tim agen perubahan dari setiap kelas masing-masing 3 orang berdasarkan pilihan siswa sendiri. Itu pun kami koordinasikan dengan para orang tua, sebelum dibentuk agen tersebut kami lakukan zoom meeting bersama orang tua,” terangnya.

Para agen tersebut bertujuan untuk menjadi fasilitator teman-teman untuk merubah perilaku atau kebiasaan sehari-hari agar menjadi lebih baik.

Dalam keseharian siswa, proses belajar mengajar berjalan seperti biasanya. Namun, per setiap hari siswa melakukan kegiatan tersebut bersifat kelompok.

“Beban mental para agen ini sangat luar biasa, karena mereka harus menjadi mentor di kelasnya serta menjadi fasilitator pada guru di kelas. Mereka juga menjadi tim yang lebih mediasi pada teman-teman untuk membuat perubahan besar di lingkungan sekolah,” kata Mulyani.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan