Sayangnya, di Indonesia isu boikot bisa jadi ditunggangi oleh kepentingan persaingan usaha. Ajakan boikot kerap diikuti dengan seruan membeli produk tertentu.
Padahal, beberapa produk yang lahir dan besar di Indonesia seperti Aqua, susu SGM, susu Dancow, es krim Walls atau susu Ovaltine kerap menjadi korban ajakan boikot karena diduga ikut membiayai konflik timur tengah. Padahal tuduhan tersebut tidak benar.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) KH Marzuki Mustamar mengungkapkan alasan NU tidak pernah melarang boikot produk tertentu. Dia berpendapat bahwa sedikit banyak, pada akhirnya masyarakat Indonesia masih membutuhkan produk-produk asing.
Dalam sebuah pengajian, dia menjelaskan bahwa ajakan boikot produk asing semisal Danone Aqua, Nestle atau lainnya itu pada akhirnya yang tidak dibeli hanya satu produk saja. Setelah diselidiki, sambung dia, misal Aqua ternyata merupakan produk dalam negeri.
“Ujung-ujungnya ada udah di balik peyek. Jangan beli itu tapi beli ini, ya sama saja kan,” katanya.
Dia melanjutkan, belum lagi misal boikot yang dilakukan terhadap Aqua juga akan berdampak pada kesejahteraan pegawai pabrik yang mayoritas juga masyarakat muslim. Artinya, sambung dia, apabila diboikot maka yang akan terkena banyak PHK adalah warga muslim.
“Jadi saya mohon jangan menuruti emosi, karena nanti Indonesia yang merugi,” pungkasnya.