Krisis Air Bersih, Warga KBB Terpaksa Beli Air Bersih

JABAR EKSPRES – Krisis air bersih mulai terjadi di beberapa titik wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) imbas dari dampak kekeringan akibat kemarau panjang. Seperti yang dialami oleh warga Kampung Cibuntu, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, KBB mulai kelimpungan mencari air bersih.

Warga yang berjumlah lebih dari 100 kepala keluarga setiap hari terpaksa harus membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan terakhir.

“Satu hari saya harus membeli air galon isi ulang 10 galon. Harga satu kali isi ulang itu Rp5.000. Mau bagaimana lagi, di sini sudah tidak ada air,” keluh Agus (50), salah satu warga Kampung Cibuntu kepada wartawan, Selasa 26 September 2023.

BACA JUGA: Kemarau Masih Mengancam, Kekeringan dan Sulit Air Bersih Hantui Masyarakat Bandung

Ia mengatakan, krisis ini membuat dirinya beserta warga lainnya kesulitan. Setidaknya dalam sebulan, Agus harus mengeluarkan uang sebesar Rp750.000 untuk membeli air.

Menurutnya, 10 air galon tersebut habis dalam waktu dua hari pemkaian untuk sehari-hari. Itupun, lanjutnya, pemakaian air dilakukannya bersama keluarga dengan metode hemat. Di antara penggunaan air bersih tersebut untuk memasak, mencuci piring serta mandi.

“Paling habis 2 hari, dipakai hemat-hemat karena mahal. Mau tidak mau saya terpaksa memakai air galon,” katanya.

Menurut Agus, musim kemarau di tahun ini terbilang cukup parah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sumur miliknya tak pernah surut, bahkan jika warga kesulitan air. Dirinya dengan senang hati memberikan secara cuma-cuma.

BACA JUGA: Warga Diminta Berhemat, BPBD Distribusikan Air Bersih

“Berbeda dengan musim kemarau tahun lalu, sekarang mah air di sumur kering. Musim kemarau sekarang saya pun sama terdampak,” katanya.

Selain Kecamatan Ngamprah, Kecamatan Padalarang pun mengalami hal serupa. Handayani (33), salah seorang warga Kampung Sukamulya, Desa Padalarang mengalami krisis air bersih. Mereka terpaksa harus membeli air jerigen.

“Sudah satu setengah bulan mulai kesulitan air. Kita beli air secara udunan dengan warga lain, gatau satu tengkinya berapa. Hanya satu jerigen kami membayar Rp4.000,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan