JABAR EKSPRES- Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, akan segera mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk membahas kemungkinan kesepakatan senjata, kata seorang pejabat keamanan nasional Amerika Serikat.
Pertemuan ini menunjukkan hubungan yang semakin erat antara kedua negara ini, yang tengah berhadapan dengan Amerika Serikat dalam konteks hubungan internasional.
Ketika Rusia menghadapi isolasi akibat perang di Ukraina yang semakin ketat, para analis menilai bahwa hubungan semakin mendalam ini mencerminkan pentingnya Korea Utara di mata Rusia.
Sejarah hubungan politik antara kedua negara ini dimulai pada awal Perang Dingin, di mana Korea Utara, sebagai negara komunis, mendapatkan dukungan dari Uni Soviet. Korea Utara kemudian terlibat dalam Perang Korea 1950-1953 melawan Korea Selatan, Amerika Serikat, dan PBB, dengan dukungan besar dari China dan Uni Soviet.
Korea Utara sangat bergantung pada bantuan dari Soviet selama beberapa dekade. Namun, keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1990-an berdampak besar pada Korea Utara, yang menghadapi kelaparan parah.
Pemimpin Korea Utara selalu berupaya menjaga keseimbangan hubungannya dengan Rusia dan China, dua negara besar yang berperan dalam menjatuhkan sanksi keras terhadap Korea Utara setelah uji coba senjata nuklirnya.
Baca juga: Korea Utara Meluncurkan 2 Rudal Jelajah dalam Simulasi ‘Serangan Nuklir Taktis’
Namun, setelah uji coba nuklir terbaru Korea Utara pada tahun 2017, Kim Jong Un mulai memperbaiki hubungannya dengan Rusia. Dia pertama kali bertemu dengan Vladimir Putin pada tahun 2019 di Vladivostok, Rusia Timur Jauh.
Dalam pesan Kim Jong Un yang disampaikan pada perayaan Hari Kebangsaan Rusia pada bulan Juni, ia berjanji untuk bekerja “bergandengan tangan” dengan Putin dan meningkatkan kerja sama strategis antara keduanya.
Rusia dan China telah bersikeras menentang sanksi terbaru yang diberlakukan terhadap Korea Utara, sehingga mengurangi tekanan internasional yang dihadapi Korea Utara. Ini juga merupakan pertama kalinya dalam beberapa tahun bahwa Dewan Keamanan PBB mengalami perpecahan dalam hal sanksi terhadap Korea Utara.
Baca juga: Korea Utara Angkat Suara Mengenai Kebijakan Pembuangan Limbah Nuklir Jepang dari PLTN Fukushima