3. Bersabar Atas Musuhnya
ia tak akan dapat mengalahkan musuh dan orang yang hasad kepadanya dengan senjata yang lebih ampuh dari pada kesabaran dan tawakkal kepada Allah.
Padahal Allah berfirman:
وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنصُرَنَّهُ اللَّهُ
“Dan barangsiapa membalas dengan setimpal penganiayaan yang pernah ia terima kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya” (QS. Al Hajj: 60)
Bila Allah telah menjamin pertolongan atasnya padahal ia pernah membalas sebelumnya, maka bagaimana halnya dengan orang yang dianiaya namun sabar dan tidak membalas sedikitpun…?? Padahal tidak ada dosa yang lebih disegerakan balasannya dari pada dosa ke-zhaliman dan memutuskan tali silaturahmi.
4. Bertawakkal Kepada Allah
“Allah telah menjadikan bagi setiap perbuatan balasan yang setimpal dari jenisnya, dan Ia menjadikan balasannya tawakkal berupa kecukupan dari-Nya atas orang yang bertawakkal tersebut.”
Allah berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Allah tidak mengatakan: “…niscaya Kami akan memberinya pahala ini dan itu,..” sebagaimana yang Dia sebutkan untuk amal shalih lainnya, namun Ia menjadikan diri-Nya sendiri yang akan mencukupi hamba-Nya yang bertawakkal tersebut… Ia sendiri yang akan menjaga dan melindunginya.
Seandainya seorang hamba bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenar-benarnya lalu langit dan bumi beserta penghuninya bersatu untuk membuat makar atasnya niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar baginya, mencukupi dan menolongnya.
Baca juga : Melihat Perbedaan Sihir Perdukunan dan Sulap, Benarkah Sulap Diperbolehkan dalam Islam
5. Mengosongkan Hati Dengan Tidak Memikirkannya
Hendaknya seseorang berusaha melupakannya setiap kali fikiran tersebut muncul di benaknya. Jangan sampai ia menggubris dan mencemaskannya, apalagi sampai menyibukkan hati dengan memikirkan hal itu – yakni kejahatan orang yang hasad, bahaya sihir dan sihir ‘ain.
6. Bertaqarrub Dan Mengikhlaskan Diri Untuk Allah
menjadikan rasa mahabbatullah (cinta kepada Allah), berharap akan ridha-Nya dan inabah (kembali kepada-Nya) senantiasa mengisi hatinya dan menjadi cita-cita yang berjalan bersama hatinya sedikit demi sedikit sehingga dapat mengalahkan pengaruh buruk orang yang hasad kepadanya dan mengikisnya perlahan-lahan hingga hilang sama sekali.