Rudal Korut Berkekuatan Nuklir di Tampilkan pada Parade Militer

JABAR EKSPES- Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menampilkan rudal korut berkemampuan nuklir dalam parade militer di Pyongyang untuk memperingati 70 tahun berakhirnya Perang Korea.

Dalam acara tersebut, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dan anggota Politbiro Partai Komunis Cina, Li Hongzhong, ikut hadir. Parade yang ditunggu-tunggu ini disebut sebagai “Hari Kemenangan” yang dirayakan oleh Korea Utara.

Kunjungan tingkat tinggi dari pejabat Moskow ke Pyongyang ini merupakan yang pertama sejak pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991. Selain itu, Li dan Shoigu adalah delegasi asing pertama yang mengunjungi Korea Utara sejak pandemi Covid-19.

BACA JUGA : Israel Menuangkan Semen ke Sumber Air Palestina di Hebron

Pada parade militer itu, Korea Utara memamerkan rudal balistik antarbenua Hwasong-17 dan Hwasong-18, yang dianggap sebagai rudal korut terbaru mereka dan memiliki jangkauan yang dapat mencapai Amerika Serikat.

Parade tersebut juga menampilkan drone pengintai terbaru. Kim Jong-un mengadakan resepsi dan makan siang bersama Shoigu, dan dalam kesempatan tersebut,

Kim menyatakan komitmen untuk menjaga solidaritas dengan rakyat Rusia dan militernya. Shoigu memuji militer Korea Utara sebagai salah satu yang terkuat di dunia dan keduanya membahas kerja sama keamanan dan pertahanan strategis.

Namun, kehadiran Shoigu dan Li di acara tersebut mendapat perhatian dari masyarakat internasional terutama karena ketegangan yang melibatkan Korea Utara, Amerika Serikat, dan sejumlah negara lainnya.

Amerika Serikat menuduh bahwa Korea Utara menyediakan senjata kepada Rusia untuk mendukung operasi militer khusus di Ukraina, yang semakin memperkeruh hubungan antara Moskow dan Pyongyang.

Drone pengintai terbaru yang dipamerkan oleh Korea Utara juga menjadi sorotan.

Drone ini memiliki potensi untuk digunakan dalam survei target secara real-time, melakukan penilaian kerusakan selama perang, dan meningkatkan kesadaran situasional strategis.

Namun, drone juga memiliki kerentanan terhadap pertahanan anti-pesawat, sehingga kemungkinan penggunaan dalam perang di Semenanjung Korea terbatas. Meski demikian, Korea Utara mungkin berusaha menawarkan drone ini kepada pelanggan eksternal.

Pameran senjata ini menjadi bagian dari pidato Menteri Pertahanan Korea Utara, Jenderal Kang Sun-nam, yang menuduh Amerika Serikat dan sekutunya meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan