Kenapa Elon Musk Harus Mengganti Logo Twitter dengan Huruf ‘X’?

JABAR EKSPRESLogo ikonik burung biru Twitter telah digantikan oleh huruf “X“, yang telah menjadi simbol hampir semua perusahaan milik miliarder Elon Musk.

Mari kita lihat kisah unik mengenai hubungan Musk dengan huruf “X” dan dampak dari perubahan logo ini.

Sebagai orang terkaya di dunia menurut Forbes, Musk mulai menampilkan logo “X” di gambar profilnya pada Senin siang (24/7).

Baca juga : Logo Twitter Diganti, Begini Sejarah Perjalanan Logo Twitter dari Burung hingga ke X

Secara bertahap, logo tersebut kemudian menggantikan ikon burung kecil yang selama ini menjadi identitas Twitter.

Perubahan logo ini di sayangkan oleh desainer aslinya, Martin Grasser. Desainnya di anggap sebagai karya kelas dunia yang menggunakan teknik pembuatan dengan memanfaatkan lingkaran dalam berbagai bentuk.

Logo tersebut telah di setujui oleh Jack Dorsey, yang saat itu menjabat sebagai CEO Twitter.

Dan bertahan selama 17 tahun sebelum akhirnya di gantikan oleh Elon Musk setelah ia membeli Twitter senilai US$44 miliar pada Oktober 2022.

Pergantian logo ini juga menimbulkan pro dan kontra di kalangan pengguna Twitter.

Beberapa pengamat berpendapat bahwa ini hanyalah cara Musk untuk menonjolkan dirinya sebagai pemilik perusahaan, dengan mengganti logo sebagai simbol kepemilikan.

“Pergantian nama dan logo Twitter tidak ada hubungannya dengan masalah pengguna, pengiklan, atau pasar. Itu simbol bahwa Twitter adalah milik pribadi Elon Musk,” ucap Tom Morton, kepala strategi global biro iklan R/GA, mengutip dari Reuters.

“Dia menaklukkan ‘kastil’, sekarang dia mengibarkan benderanya sendiri,” lanjut dia.

Beberapa pakar pemasaran dan branding berpendapat bahwa perubahan merek seperti ini berisiko menghilangkan pengenalan nama Twitter yang telah ada selama bertahun-tahun.

“Hanya beberapa merek yang menjadi kata kerja atau melihat diri mereka di rujuk di outlet berita global sesering di Twitter,” kata Matt Rhodes. Kepala strategi di agensi kreatif House 337, mantan pekerja dari perusahaan telekomunikasi Inggris Sky.

“Apa pun yang mempersulit orang untuk menemukan, atau ingin membuka aplikasi di layar ponsel yang berantakan, berisiko merusak penggunaan,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan