Jabar Ekspres – Kelompok Islamophobia sayap kanan pada Selasa (25/7) melakukan pembakaran Al-Quran di depan kedutaan Turki dan Mesir di Kopenhagen, Denmark.
Aksi penghinaan yang dilakukan oleh kelompok Danske Patrioter ini mendapat kecaman dari negara-negara Muslim di seluruh dunia.
BACA JUGA: Penistaan Al-Qur’an di Swedia, PBB: Tidak Bisa Ditolerir!
Pemerintah Denmark sendiri juga mengutuk insiden pembakaran tersebut dan menyebutnya sebagai “tindakan memalukan” yang tidak menghormati agama lain.
Kementerian Luar Negeri Denmark menegaskan bahwa tindakan provokatif semacam itu menyakiti banyak orang dan menciptakan perpecahan antara agama dan budaya. Mereka menekankan bahwa Denmark adalah negara yang menganut kebebasan beragama, dan warga Muslim di negara tersebut merupakan bagian penting dari masyarakat Denmark.
Meskipun pihak berwenang mengecam tindakan tersebut, tidak ada tindakan hukuman yang diambil terhadap para pelaku.
Sebagai tanggapan atas kecaman dari Irak terkait penodaan Al-Quran yang berulang kali terjadi di depan kedutaan negara itu di Kopenhagen, Denmark, Menteri Luar Negeri Lars Lokke Rasmussen berkomunikasi dengan mitra dari Irak dalam “pembicaraan yang membangun”, seperti yang dikutip dari cuitan resmi kementerian.
Rasmussen menegaskan kecaman Denmark atas tindakan memalukan yang dilakukan oleh sekelompok orang ini dan tetap menekankan bahwa segala bentuk protes harus tetap berjalan secara damai.
BACA JUGA: Buntut Penistaan Al-Qur’an di Swedia, OKI Tangguhkan Status Utusan
Sebelumnya di Swedia, seorang pria berusia 31 tahun yang sebelumnya mengajukan izin kepada pihak kepolisian untuk membakar Al-Quran di depan Kedutaan Iran di Stockholm, memutuskan untuk membatalkan permintaannya.
Stasiun televisi nasional Swedia, SVT, melaporkan bahwa pria tersebut menyatakan penyesalannya atas permintaan izin tersebut, dengan alasan dia “harus menghormati” Islam dan meminta maaf kepada seluruh masyarakat Iran.
